Ekonom Rizal Ramli Tuduh Sri Mulyani “Pengemis” Utang


Menteri Keuangan, Sri Mulyani, meminta Luky untuk menjelaskan defisit APBN 2020 yang sudah dilebarkan ke level 6,34% beserta strategi pembiayaan pemerintah di tahun 2020. Bahkan, dia minta agar rincian penerbitan utang pemerintah juga bisa disampaikan ke publik.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini bahkan mengatakan, utang semua negara mengalami peningkatan, tak hanya Indonesia. Utang setiap negara terus meningkat karena pandemi virus Corona.
Ia mencontohkan, untuk negara-negara G20, jumlah utang meningkat rata-rata mulai dari 30% hingga 50% karena krisis yang disebabkan oleh pandemi.
“Untuk G20 terlihat mereka rata-rata utang selama ini sebelum krisis kemudian 100% dari GDP, sekarang melonjak ke 130%, untuk emerging country rata-rata 50% GDP dan naik ke 50-70%” katanya, di Jakarta, Selasa (24/11).
Dengan angka tersebut maka rasio utang pemerintah sebesar 36,41% terhadap PDB. Total utang pemerintah terdiri dari pinjaman sebesar Rp 864,29 triliun dan surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 4.892,57 triliun.Sementara untuk total utang Indonesia sendiri tercatat hingga akhir September 2020 mencapai Rp 5.756,87 triliun.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Donny Gahral Adian, sendiri langsung membantah pernyataan Rizal Ramli. Dia bilang, bunga surat utang saat ini menurun.
Bahkan, Donny, menegaskan, kebijakan pembiayaan utang diambil untuk program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang saat ini terdampak hebat oleh pandemi COVID-19.
“Surat utang bunganya justru turun. Kedua, kebijakan utang bukan untuk bayar bunga utang tapi untuk pemulihan ekonomi nasional, itu pun masih proporsional,” kata Donny.
Dengan kondisi seperti sekarang, Donny menegaskan, pemerintah bukan mengemis melainkan mengambil kebijakan pembiayaan utang dengan kalkulasi yang matang.
“Pemerintah berutang dengan penuh kalkulasi, tidak mengemis-ngemis,” ungkap dia. (Red).