(Bagian 1)
Oleh : HAIRUZAMAN
(Editor In Chief Harianexpose.com)
ADALAH Hoesein Djayadiningrat yang bernama lengkap Pangeran Ario Hoesein Djayadiningrat, lahir di Kampung/Desa Kramatwatu, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, tepatmya pada tanggal 8 Desember 1886. Ia kemudian menghabiskan masa tuanya dan meninggal dunia di Jakarta pada 12 November 1960 dalam usia 73 tahun. Hoesein Djayadiningrat lahir dari pasangan R. Bagoes Dj ayawinata dan Ratu Salehah, yang berasal dari Lingkungan Cipete, Kelurahan Sumur Pecung, Kecamatan Serang, Kota Serang, Provinsi Banten. Sementara itu, ayah Hoesein Djayadiningrat merupakan salah seorang Wedana (Pembantu Bupati) yang saat itu berkantor di wilayah Kecamatan Kramatwatu, dimana tugasnya meliputi lima wilayah kecamatan antara lain, Kecamatan Kramatwatu, Gunung Sari, Waringin Kurung, Bojonegara dan Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten.
Namun, pada era reformasi sekarang ini pasca Pemerintahan Orde Baru tak berkuasa lagi, baik itu Kantor Wedana sebagai Pembantu Bupati maupun Kantor Residen sebagai Pembantu Gubernur, sesuai kebijakan baru pemerintah telah dihapuskan. Hal ini bertujuan guna lebih mengefesiensikan pelayanan kepada masyarakat dan sekaligus untuk menghemat anggaran pemerintah. Sehingga kedua lembaga pemerintah itu sekarang ini hanya tinggal kenangan saja.
Ayah Hoesein Djayadiningrat, R. Bagoes Djayawinata berkat kerja kerasnya kemudian sempat menjabat sebagai Bupati Serang. Sedangkan kakak kandung Hoesein Djayadiningrat yakni Pangeran Ahmad Djayadiningrat, merupakan generasi penerus sang ayah yang juga menjabat sebagai Bupati Serang. Hoesein Djayadiningrat sempat menjadi penanggung jawab surat kabar bulanan berbahasa Sunda bernama Sekar Roekoen yang diterbitkan oleh sebuah lembaga bernama Perkoempoelan Sekar Roekoen. Hoesein Djayadiningrat juga tercatat sebagai salah satu tokoh Sarekat Islam yang pada masa itu mempunyai pengaruh yang besar terutama di wilayah Provinsi Jawa Barat, pada masa-masa awal pergerakan nasional Indonesia.
Selain itu, Hoesein Djayadiningrat juga tercatat sebagai salah satu pelopor tradisi keilmuan di Indonesia. Waktu Hoesein Djayadiningrat masih berusia remaja, ia dikenal sebagai salah seorang pemuda yang cerdas dan mempunyai bakat serta talenta, baik itu dalam bidang ilmu agama maupun ilmu-ilmu lainnya. Sehingga tak heran seorang berkebangsaan Belanda, Snouck Hurgronje, kemudian menyekolahkan Hoesein Djayadiningrat ke Universitas Kerajaan Leiden Belanda, sampai ia meraih gelar Doktor dengan Disertasinya yang berjudul : “Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten”. Hoesein Djayadiningrat pun kemudian meraih predikat Cumlaude atau sebagai lulusan terbaik di Universitasnya. (Bersambung) .