(Bagian 7)
Oleh : HAIRUZAMAN.
(Editor In Chief Harianexpose.com)
Hurgronje Orientalis Belanda
CHRISTIAAN Snouck Hurgronje (lahir di Tholen, Oosterhout, 8 Februari 1857 – meninggal dunia di Leiden, pada tanggal 26 Juni 1936 pada umur 79 tahun). Ia adalah seorang sarjana Belanda budaya Oriental dan bahasa serta Penasehat Urusan Pribumi untuk pemerintah kolonial Hindia Belanda (sekarang Indonesia).
Snouck Hurgronje inilah yang berperan penting terhadap kemajuan pendidikan Hoesein Djayadiningrat. Sehingga Hoesein Djayadiningrat melanjutkan studinya ke Univeraitas Leiden, Belanda. Berkat kecerdasan yang dimiliki oleh Hoesein Djayadiningrat, Snouck Hurgronje kemudian membawa Hoesein Djayadiningrat untuk kuliah di Universitas Leiden, Belanda, sampai meraih gelar Doktor di Universitas tersebut.
Profesor Snouck Hurgronje.
Dutch scholar Snouck Hurgronje.
Lahir pada tanggal 8 Februari 1857
Oosterhout, Belanda. Hurgronje
meninggal dunia pada 26 Juni 1936
di Leiden, Belanda. Sedangkan
pekerjaan Snouck Hurgronje adalah Profesor, penulis, mata-mata, dan penasihat kolonial
berkebangsaan Belanda.
Snouck Hurgronje lahir di Oosterhout pada tahun 1857, ia menjadi mahasiswa Teologi di Universitas Leiden, Belanda, pada tahun 1874. Ia menerima gelar Doktor di Leiden pada tahun 1880 dengan Disertasinya yang berjudul ‘Het Mekkaansche feest’ (“Perayaan Mekah”). Snouck Hurgronje menjadi Profesor di Sekolah Pegawai Kolonial Sipil Leiden pada tahun 1881.
Snouck, terbilang cukup fssih dalam berbahasa Arab, melalui mediasi dengan Gubernur Ottoman di Jeddah, menjalani pemeriksaan oleh delegasi ulama dari Mekkah pada tahun 1884 sebelum masuk. Setelah berhasil menyelesaikan pemeriksaan diizinkan untuk memulai ziarah ke kota suci muslim Mekkah pada 1885. Di Mekkah, keramahannya dan naluri intelektualnya membuat para ulama tak segan membimbingnya. Dia adalah salah satu sarjana budaya Oriental Barat pertama yang melakukannya.
Sebagai wisatawan perintis, Snouck Hurgronje adalah orang langka asal Barat yang berada di Mekkah, tetapi memeluk budaya dan agama dengan penuh gairah. Sehingga ia berhasil membuat kesan kepada orang-orang bahwa ia masuk Islam.
Snouck Hurgronje mengaku berpura-pura menjadi Muslim seperti yang ia jelaskan dalam surat yang dikirim ke teman kuliahnya, Carl Bezold pada 18 Februari 1886 yang kini diarsipkan di Perpustakaan Universitas Heidelberg.
Pada tahun 1889, Hurgronje menjadi Profesor Melayu di Universitas Leiden dan sebgaai penasehat resmi kepada pemerintah Belanda untuk urusan kolonial. Ia lalu menulis lebih dari 1.400 makalah tentang situasi di Aceh dan posisi Islam di Hindia Belanda, serta pada layanan sipil kolonial dan nasionalisme.
Sebagai Penasehat J.B. van Heutsz, Hurgronje mengambil peran aktif dalam bagian akhir (1898-1905) Perang Aceh (1873-1913). Ia menggunakan pengetahuannya tentang budaya Islam untuk merancang strategi yang secara signifikan membantu menghancurkan perlawanan dari penduduk Aceh dan memberlakukan kekuasaan kolonial Belanda pada mereka, mengakhiri perang 40 tahun dengan perkiraan korban sekitar 50.000 dan 100.000 penduduk tewas dan sekitar satu juta terluka.
Kesuksesannya dalam Perang Aceh memberinya kekuasaan dalam membentuk kebijakan pemerintahan kolonial sepanjang sisa keberadannya di Hindia Belanda. Namun, seiring dengan sarannya yang kurang diimplementasikan, ia pun lalu harus memutuskan untuk kembali ke negeri Belanda pada tahun 1906. Kembali ke Belanda, akhirnya Snouck Hurgronje melanjutkan karier akademis yang sukses.
Sosok Snouck Hurgronje yang dinilai cukup berperan penting terhadap kesuksesan yang diraih oleh Hoesein Djayadiningrat dalam melanjutkan sutdinya di Universitas Leiden, Belanda. Sehingga Hiesein Djayadiningrat bisa meraih gelar Profesor dan Doktor pertama di Indonesia. (Bersambung) .