(Bagian 10)
Oleh : HAIRUZAMAN.
(Editor In Chief Harianexpose.com)
PADA abad ke-VII Masehi, agama Islam mulai masuk di pesisir utara pulau Sumatra. Akan tetapi, Islam mulai berkembang pesat pada abad ke-XIII Masehi. Kendati demikian, pernyataan tersebut masih menjadi kajian dan perdebatan antara para ilmuwan dan ahli. Perdebatan mengenai kedatangan Islam di indonesia mencakup tiga masalah pokok, yaitu tempat asal kedatangan Islam, pembawa agama Islam, dan waktu kedatangan Islam. Karena itu, kedatangan Islam memunculkan berbagai teori.
Berbekal fakta dan bukti yang dimilikinya, para ahli mulai menganalisis ketiga permasalahan tersebut. Mereka menyampaikan beberapa teori yang menjelaskan proses kedatangan agama Islam di indonesia. beberapa teori mengenai kedatangan Islam di Indonesia, berikut ini beberapa teori mengenai kedatangan Islam di Indonesia.
1. Teori Gujarat
Gujarat merupakan wilayah yang kini temasuk wilayah India. Teori Gujarat menjelaskan Islam masuk ke Indonesia pada ke-XIII Masehi dibawa oleh para pedagang dari Gujarat. Teori Gujarat pertama kali di cetuskan oleh J. Pijnapel. Teori Gujarat mendapatkan dukungan beberapa tokoh antara lain, Snouck Hurgronje, W.F. Stutterheim, dan Sucipto Wirjosuparto. Menurut J. Pijnapel, orang orang Arab bermahzab Syafi’i telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak abad ke-VII Masehi. Penyebaran Islam di Indonesia tidak di lakukan para pedagang Arab secara langsung, akan tetapi oleh para pedatang Gujarat yang telah memeluk agama Islam dan berdagang di Indonesia.
Snouck Hurgronje menyatakan teori Gujarat di dasarkan pada pendapat bahwa orang orang Gujarat lebih dulu menjalin hubungan dagang dengan para pedagang Arab.
Sucipto Wirjosuparto mendasarkan teori Gujarat atas fakta dan bukti sebagai berikut, 1). corak batu nisan makam Sultan Malik as-Saleh dan Maulana Malik Ibrahim memiliki kemiripan dengan corak nisan yang ada di Gujarat. 2). Hubungan dagang antara masyarakat Indonesia dan India telah lama terjalin, melalui jalur perdagangan Indonesia-Cambay-Timur Tengah dan Eropa.
Teori Gujarat mendapatkan berbagai sanggahan dari banyak ahli. Bukti-bukti yang lebih akurat seperti berita dari Arab, Persia, Turki, dan Indonesia memperkuat keterangan bahwa agama Isslam masuk di Indonesia bukan dibawa oleh para pedagang dari Gujarat. Sejarawan Azyumardi azra menjelaskan, Gujarat dan kota-kota di anak benua merupakan tempat persinggahan para pedagang Arab sebelum melanjutkan perjalanan ke Asia Tenggara dan Asia Timur. Selain itu, pada abad ke-XII-XIII Masehi pengaruh Hindu masih kuat di wilayah Gujarat.
2. Teori Persia
Persia merupakan salah satu bangsa yang membangun peradaban di wilayah Mesopotamia atau Timur Tengah. Pada saat itu wilayah Persia merupakan bagian negara Iran. Teori Persia menyatakan bahwa Islam di Indonesia berasal dari Persia. Pencetus teori ini adalah Husein Djajaningrat dan Umar Amir Husein. Husein Djajadiningrat berdasarkan argumentasinya pada bukti berikut, 1). Kesamaan budaya timur dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Persia dan Indoesia. Salah satu persamaan tradisi tersebut adalah tradisi perayaan 10 Muharram atau Asyuro di Persia sebagai hari suci kaum syiah atas wafatnya Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW dengan tradisi Tabot di Bengkulu dan tradisi Tabuik di Sumatra Barat. 2). Ajaran sufi Wihdatul Wujud Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah memiliki kesamaan dengan ajaran sufi Al-hallaj dari Persia. 3). Kesamaan seni kaligrafi pada nisan makam-makam Islam di Indonesia dengan makam-makam Islam di Persia. 4). Penggunaan gelar Syah pada raja-raja Islam di Indonesia.
Umar Amir Husein mendukung bukti-bukti yang dikemukakan oleh Husein Djajadiningrat dengan mengemukakan bukti tambahan. Bukti tambahan tersebut sebagai berikut, 1). Di Persia terdapat suku Leran. Kemungkinan besar suku Leran berasal dari Jawa. Kemungkinan ini di dukung dengan adanya kampung bernama Leran di Jawa Timur. 2). Di Persia terdapat suku jawi. Suku jawi di duga mengajarkan huruf Arab di Jawa. Huruf Arab tersebut dinamakan huruf Arab pregon dan sering digunakan dalam naskah-naskah kuno pada masa kerajaan Islam di iIndonesia.
3. Teori Mekah
Teori Mekah menyatakan agama Islam masuk di Indonesia pada abad ke-VII Masehi dan berasal langsung dari Mekah dan Madinah. Menurut teori ini Islam masuk di Indonesia pada abad hijriah. Bahkan, ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup. Teori ini muncul sebagai sanggahan teori Persia dan Gujarat. Pendukung teori Mekah antara lain, Haji Abdul Malik Amrullah (HAMKA), Ahmad Mansyur Suryanegara, A.H .Johns, dan T.W. Arnold.
Menurut HAMKA, teori Mekah didasarkan pada bukti-bukti berikut, 1). Catatan Ibnu Batutah yang menjelaskan Raja Samudera Pasai Mazhab syafi’i. Mazhab Syafi’i merupakan mazhab terbesar di Arab dan di Mesir. Hamka berpendapat jika Islam berasal dari Persia, tentu sebagian besar rakyat Indonesia menganut aliran syiah. Sebaliknya, jika Islam berasal dari Gujarat, mazhab yang di anut seharusnya mazhab Hanafi, seperti mazhab yang di anut muslim di India. 2). Raja-raja Samudera Pasai menggunakan gelar Al-Malik yang biasa di gunakan oleh raja-raja Mesir.
Pendapat Hamka tersebut hampir sama dengan pendapat teori sufi yang dikemukakan oleh A.H. Johns. Dalam teori sufi tersebut A.H.Johns menyatakan Islamisasi di Indonesia dilakukan oleh para musafir Arab. Kaum sufi Arab biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lain untuk mendirikan perguruan tarekat. A.H. Jons mendasarkan keberadaan mazhab Syafi’i yang di anut oleh sebagian besar masyarakat indonesia. Mazhab Syafi’i merupakan mazhab terbesar yang di anut penduduk muslim di Arab.
T.W. Arnold dalam bukunya The Preaching Of Islam menjelaskan pada abad ke-VII Masehi di pesisir pantai barat Sumatra terdapat komunitas muslim yang terdiri atas pedagang Arab. Komunitas ini terbentuk akibat pernikahan para pedagang Arab dengan wanita lokal. Dalam perkembangannya, Islam menyebar ke Jawa pada abad ke-XI Masehi. Bukti persebaran ini ditunjukkan dengan penemuan batu nisan makam Fatimah binti Maimun di Leran, Gresik, Jawa Timur.
4. Teori China
Pernakah anda mendengar nama Laksamana Cheng Ho? Laksamana Cheng Ho merupakan seorang laksamana muslim dari China. Laksamana Cheng Ho pernah mencapai pulau Jawa dan membangun peninggalan berupa kelenteng Sam Po Kong di Kota Semarang, Jawa Tengah. Kedatangan llaksamana Cheng Ho memunculkan teori baru mengenai kedatangan Islam di Indoensia. Teori yang dimaksud adalah teori China.
Teori China menyatakan proses kedatangan Islam di Indonesia berasal dari para perantau China. Orang China telah berhubungan denga masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam berkembang di Indonesia. pada masa hindu-buddha, orang China telah berbaur dengan penduduk Indonesia, terutama melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam telah sampai di China pada abad ke-VII Masehi saat Islam sedang berkembang. Dalam buku Arus China-Islam-Jawa, Sumanto Al-Qurtubi menyatakan pada abad ke-VII Masehi di daerah keraton, zhang-zhao, quanzhou, dan pesisir Chna bagian selatan telah terdapat pemukiman Islam.
Jika dilihat dari beberapa sumber baik luar negeri maupun lokal, teori Chna dapat diterima. Bahkan, sejumlah sumber lokal menyatakan raja Islam di Demak, yaitu Raden Patah merupakan keturunan China. Fakta ini didasarkan pada keberadaan ibu Raden Patah yang berasal dari Campa, China bagian selatan. Berdasarkan sejarah Banten dan hikayat Sultan Hasanuddin, nama dan gelar raja-raja Demak beserta leluhurnya di tulis menggunakan istilah China, seperti cek ko po, jin bun, cek ban cun, cun ceh, dan cu-cu. Selain itu, nama-nama seperti, Munggul dan Moechoel ditafsirkan sebagai sebutan lain dari Mongol, sebuah wilayah di utara China berbatasan dengan Rusia.
Setiap teori memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri. Hal tersebut karena para ahli memiliki bukti kuat untuk mendukung teori yang dikemukakannya. Kendati para ahli memiliki dasar kuat dalam setiap teori yang mereka cetuskan, mereka tidak saling menyudutkan teori yang dikemukakan ahli lain. Dalam dunia ilmu pengetahuan, munculnya berbagai teori justru akan semakin memperkaya khazanah pengetahuan. Karena itu, setiap teori masih terbuka untuk di kaji kembali. *