Kontroversi Sosok Arteria Dahlan

Oleh : HAIRUZAMAN.
(Editor In Chief Harianexpose.com)

Statment yang berbau rasis salah seorang Anggota Komisi III dari Fraksi PDIP, Arteria Dahlan, yang meminta agar salah seorang Kajati diberhentikan oleh Jaksa Agung, dari jabatannya lantaran menggunakan bahasa Sunda ketika rapat berbuntut panjang. Pasalnya, larangan berbahasa Sunda oleh Arteria Dahlan itu dinilai telah melukai perasaan masyarakat Sunda dan sekaligus mencederai kebhinekaan yang selama ini telah dibangun dan dilestarikan sebagai kultur yang telah mengakar kuat di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tercinta ini.

Gelombang protes dari masyarakat Jawa Barat pun terus mengalir. Bahkan, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, minta agar Arteria Dahlan segera meminta maaf tethadap masyarakat Sunda lantaran dinilai telah menggores perasaan mereka, termasuk mengesampingkan kebhinekaan yang selama ini menjadi kultur rakyat Indonesia. Kendati berbeda suku, agama, ras dan bahasa, tapi kita semua satu. Bhineka Tunggal Ika sepanjang sejarah berdirinya bangsa Indonesia menjadi sebuah simbol kerukunan dan sikap toleransi sesama anak bangsa.

Sikap arogansi yang ditunjukkan oleh Arteria Dahlan justru tidak hanya dapat merugikan dirinya sebagai seorang politisi. Namun, secara politis tentu saja bakal merugikan partai berlambang banteng bermoncong putih yakni PDIP. Apalagi pesta demokrasi akan digelar pada 2024 yang akan datang. Sehingga kasus Arteria Dahlan akan berimbas buruk tethadap perolehan suara PDIP nanti.

Stigma negatif terhadap partai besutan Megawati Soekarno Putri pun terus berlangsung. Pasalnya, sikap kontroversi yang dilakukan oleh Arteria Dahlan bukan kali pertama terjadi. Sikap arogansi Arteria Dahlan sempat pula terjadi di salah satu stasiun televisi ketika berdebat dengan salah seorang Menteri era Orde Baru (Orba), Prof. Emil Salim. Secara politis, sikap arogansi yang ditunjukkan oleh Arteria Dahlan akan berdampak negatif terhadap dirinya dan PDIP sebagai perahu yang mengantarkannya duduk di Senayan.

Padahal saat ini PDIP sudah mulai memanaskan mesin partainya terkait Pilpres 2024 yang akan datang. Hal ini bisa dilihat dari bertebarannya baliho bergambar Puan Maharani, yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPR-RI. PDIP yang tengah gencar “berdagang” sosok Puan Maharani yang dijagokan pada Pilpres 2024 yang akan datang tentu saja perlu dukungan dari semua elemen masyarakat. Celakanya, Arteria Dahlan justru bersikap kontroversial dan bisa berpotensi menjadi blunder secara politis bagi masa depan PDIP.

PDIP sejatinya memang harus segera mengambil sikap yang tegas terhadap kadernya yang tidak patuh terhadap platform PDIP sebagai salah satu partai nasionalis dn menjunjung tinggi kebhinekaan. Sebab, jika perilaku Arteria Dahlan itu terus dibiarkan, maka akan membuat resah masyarakat dan menjadi bola panas. Apapun dalihnya, Arteria Dahlan harus diberikan sangsi baik itu oleh MKD maupun PDIP itu sendiri.

Masyarakat saat ini secara ekonomi tengah terpuruk akibat didera pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang berkepanjangan. Sejatinya, sebagai seorang wakil rakyat yang duduk di parlemen, Arteria Dahlan menunjukkan sikap dan perilaku yang dapat menyejukkan hati masyarakat. Bukan dengan melontarkan kata-kata yang dapat melukai dan menyinggung perasaan masyarakat Sunda. Sehingga wajar saja jIka masyarakat Sunda bereaksi keras.

Kasus ujaran kebencian yang dilakukan oleh Artetia Dahlan, paling tidak harus menjadi warning bagi seluruh anggota legislatif yang duduk di Senayan. Sebab, seluruh wakil rakyat yang duduk di singgasana kekuasaan itu berkat andil dan pilihan rakyat. Karena itu, para wakil rakyat yang duduk di Senayan jangan pernah melukai hati rakyatnya. Seperti bunyi sebuah adagium “Mulutmu adalah Harimaumu”. **

PT. KORAN SINAR PAGI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top