Kota Serang, Harianexpose.com –
Komisi Fatwa dalam organisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Banten merupakan komisi yang paling mempunyai peran begitu dominan. Hal itu lantaran kapasitas utama dari ulama dalam konteks sosial keagamaan adalah mengurai berbagai problematika hukum yang dihadapi umat untuk dicarikan penyelesaian hukumnya oleh para ulama.
Karena itu, para tokoh yang berada di dalam Komisi Fatwa MUI Provinsi Banten harus betul-betul ulama yang mumpuni dalam berbagai disiplin keilmuan Islam, terutama yang berkaitan dengan Fikih, Ushul Fikih, Tafsir, dan Hadits. Selain itu, ia juga harus terlebih dahulu mumpuni dalam penguasaan ilmu nahwu, shorof, bayan dan ma’ani sebagai syarat utama seorang ulama dapat menggali hukum dari Al-Qur’an, Hadits, dan kitab-kitab para ulama sebelumnya.
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Banten periode tahun 2022-2027 di Ketuai oleh ulama Banten yang dikenal sebagai ulama produktif di Indonesia.
Ia adalah KH. Imaduddin Utsman Al-Bantani. Ia dipercaya mengemban amanah sebagai Ketua Komisi Fatwa periode 2021-2026 berdasarkan Surat Keputusan Dewan Pimpinan MUI Provinsi Banten Nomor : Kep-001/XVI/SK/I/2022, tanggal 29 Jumadil Ula 1443 H / 3 Januari 2022.
Yang menarik ternyata Ketua Komisi Fatwa MUI Banten sebelumnya, KH Baijuri Rangkas, merupakan sama-sama murid dari ulama besar Banten dari Pesantren Ashabul Maimanah Sampang Tirtayasa yaitu, KH. Muhammad Syanwani Al Bantani. Jika KH. Imaduddin Utsman merupakan angkatan 90-an, maka KH. Baijuri merupakan angkatan 70-an.
KH. Imaduddin Utsman Al Bantani lahir di Cempaka-Kresek, Kabupaten Tangerang, pada Ahad, 15 Agustus 1976 (19 Sya’ban 1396 ). Ia adalah pengasuh dan pendiri Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum yang berlokasi di Kampung Cempaka, Desa Kresek, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Sejak Kecil ia berada di lingkungan Pesantren. Kebetulan dibelakang rumahnya ada pesantren tua yang didirikan oleh Kiai Ahsan Cempaka, masih kerabat dari ibundanya. Ia juga sejak kecil dibimbing oleh paman-pamannya yang merupakan ulama lulusan Tebu Ireng Jombang yaitu, KH. Mahfudz bin Muhammad dan KH. Syarif Jauhari bin Naib. Selain itu juga dibimbing oleh paman-pamannya yang lain yaitu, KH. Zainuddin bin Mustofa dan KH. Mahfudz bin Syatibi, juga oleh KH. Muhammad Syafi’i bin KH. Busyro. Sejak kecil pula mendapatkan sentuhan ruhani dari Syekh Astari bin Maulana Ishak di Cakung.
Pada umur 7 tahun dititipkan di Madrasah Diniyah Al Hikmah dibawah asuhan KH. Rasihun Fil Ilmi, ulama lulusan Tebu Ireng di Pendawa untuk mengaji dasar-dasar ilmu agama seperti Membaca Al Qur’an, ilmu Khot, Imla, insya, ilmu Nahwu, Kitab al Jurmiyah dsb.
Pada umur 15 tahun ia memulai pengembaraan ilmiah ke berbagai pondok pesantren diantaranya, Pondok Pesantren Ashhabul Maimanah di Sampang, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, dibawah asuhan KH. Muhammad Syanwani al Bantani; Pondok Pesantren Riyadl al-Alfiyah di Pandeglang di bawah asuhan KH. Sanja ; Pondok Pesantren Darul Hikmah Syekh Ciliwulung di bawah asuhan KH. Mufti Asnawi, Cakung Carenang; Pondok Pesantren At-Thohiriyah di Kaloran, Kota Serang di bawah asuhan KH. Tubagus Hasuri Bin Tohir; Pondok Pesantren al-Hidayah di Cisantri dibawah asuhan KH. Ahmad Bustomi; Pandeglang; Pondok Pesantren Cidahu dibawah asuhan Abuya Dimyathi, Pandeglang; Pondok Pesantren Darul Falah, Rengas Dengklok, Karawang dibawah asuhan KH. Obay Hasan Bashri; Pondok Pesantren al-Wardayani di Sukabumi di bawah asuhan KH. Badru; Pondok Pesantren Pertapan di Binuang, Serang di bawah asuhan KH. Wasi bin Anwar ; Pondok Pesantren Gaga di Kronjo; Pondok Pesantren Buni Ayu di Balaraja; Ruwaq al-Azhar di Iskandaria, Mesir dan beberapa pesantren lainnya dalam pengajian pasaran.
Seperti keluarganya yang lain, sejak muda ia aktif di kepengurusan Nahdlatul Ulama; Tahun 2006-2011 ia menjabat Ketua Majlis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Kecamatan Kresek; Tahun 2018 menjabat Wakil Katib Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Provinsi Banten. Tahun 2020-sekarang ia menjabat sebagai Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Banten. Ia juga menjadi penasihat Generasi Muda Nahdlatul Ulama (GMNU) Provinsi Banten dan Rijalul Anshor Kabupaten Tangerang. Pada Kepengurusan PBNU 2022-2027, ia diamanahi sebagai anggota Lembaga Bahtsul Masai’il (LBM) PBNU.
KH. Imaduddin Utsman Al Bantani banyak menulis tulisan, baik dalam Bahasa Arab, Indonesia maupun Bahasa Jawa Banten. Diantara kitab-kitab karya beliau adalah Kitab al-Fikrah al-Nahdliyyah fi Ushuli wa Furu’I ahl al Sunnah wa al Jama’ah (Bahasa Arab: Fikih, Akidah dan ke-NU-an); al-Syarah al-Maimun fi Syarh al-Jawhar al-Maknun (Bahasa Arab: Ilmu Balagoh); al-Ibanah fi Syarh Matan al-Rahbiyyah (Bahasa Arab: Ilmu Waris); al-Jalaliyah fi al-Qowaid al-Fiqhiyyah (Bahasa Arab: Kaidah-Kaidah Fikih); Talkhis al-Hushul fi Syarh Nadzam al-Waraqat fi Ilm al-Ushul (Bahasa Arab: Ushul Fikih); al-Fath al-Munir fi Syarh Nadzam al-Tafsir li al-Syaikh al-Zamzami (Bahasa Arab: Ilmu Tafsir); Nihayat al-Maqshud fi Syarh Nadzam al-Maqshud (Bahasa Arab: Ilmu Shorof); al-Anwar al-Bantaniyah fi Ikhtilaf Ulama al Bashrah wa al-Kufah (Bahasa Arab: Ilmu Nahwu); al-Burhan ila Tajwid al-Qur’an (Bahasa Arab: Ilmu Tajwid); al-Ta’aruf lil Mubtadi’in li suluk al-Tasawwuf (Bahasa Arab: Ilmu Tasawuf); al-Nail al-Kamil fi Syarh Matn al-Awamil (Bahasa Arab: Ilmu Nahwu); al-Qawl al-Mufid fi Hukmi al-Mukabbir al-Shaut fi al-Masajid (Bahasa Arab: Fikih Tentang Hukum Speaker); Al-Qawl al-Labib fi Hukm al-Talaqqub bi al-Habib (Bahasa Arab: Fikih Tentang Hukum Bergelar Habib); Tuhfat al Nadzirin (Bahasa Jawa tulisan pegon: Ilmu Mantiq); Fath al-Gafur fi Abyat al Buhur (Bahasa Arab: Wazan syair arab); ilmu waris; Ilmu Waris Terjemah Matan al-Rahbiyah (Bahasa Indonesia: Ilmu Waris); Sejarah Pendiri Tangerang; Raden Aria Wangsakara (Bahasa Indonesia: Sejarah); Dari Banten Ku Sebut Namamu (Bahasa Indonesia: Novel); Buku Induk Fikih Islam Nusantara (Bahasa Indonesia, Fikih).
Ia juga menulis syarah kitab Alfiyah Ibnu Malik yang ia berinama kitab Al Manahij Al Shafiyyah Fi Syarhi Al Alfiyyah Lil Badi Wa Al Syadi fi Al Arabiyyah. Mungkin kitab itu merupakan syarah kitab Alfiyah pertama yang ditulis ulama Nusantara dalam Bahasa Arab.
Pendidikan Formal yang ditempuh: Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kresek III; Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Kresek; Madrasah Aliyah (MA) Ashhabul Maimanah di Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten di Serang (sekarang UIN Banten, Sarjana Agama); dan Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta (Magister Agama).**
Sumber : Kitab al fikrah al Nahdliyyah, Buku Induk Fikih Islam Nusantara dan www. rminu.banten.or.id