Reportase : Maman Suherman – Editor In Chief : Hairuzaman.
SERANG, Harianexpose.com – –
NU Care LAZISNU Kabupaten Serang menyembelih hewan qurban sebanyak 2 sapi dan 8 ekor ekor kambing. Kegiatan tersebut dilakukan pada dua zona, penyembelihan pertama di Pondok Pesantren Nur Elfalah, Kubang Petir, Kabupaten Serang, dan penyembelihan kedua di Kantor PCNU Kabupaten Serang, pada Selasa (12/7).
Ketua NU Care LAZISNU Kabupaten Serang, Ahmad Edwar, mengatakan, pada tahun ini pihaknya diberi kesempatan untuk berqurban dua sapi dan delapan ekor kambing. Target pendistribusian hewan qurban tersebut kepada masyarakat Kabupaten Serang yang kurang mampu.
“Daging hewan qurban itu, kita bagi-bagikan kepada masyarakat yang membutuhkan,” ujar Edwar.
Bulan puasa kemarin, ada data orang dhuafa dan fakir miskin, terdapat 250 orang kurang lebih menjadi prioritas pendistribusian hewan qurban,” lanjutnya.
Di tempat yang sama, Ketua PCNU Kabupaten Serang, Kiai M. Robi Uzt, mengungkapkan, rasa syukurnya kepada para dermawan yang sudah mempercayai LAZISNU PCNU Kabupaten. Serang.
“Insya Allah, qurban ini kita niatkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan lebih takwa,” tuturnya.
Idul Adha disebut juga sebagai Idul Qurban, lanjut Gus Robi, merupakan substansi dari keteladanan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT, yang begitu sabar merelakan putranya, Nabi Ismail.
“Artinya, kita bisa mengambil petikan dari keteladanan Nabi Ibrahim, guna mereduksi sifat hewani segera disembelih atau diqurbankan, untuk menuju jalan Ilahiah,” lanjutnya.
“Semoga PCNU Kabupaten Serang melalui lembaganya lebih aktif lagi dalam menyiarkan Islam Ahlusunnah Wal Jama’ah dan menebar nilai kebermanfaatan,” imbuhnya.
Ia menerangkan, ada tiga dimensi dalam Idul Kurban. Pertama dimensi trasenden, bahwa ini (qurban-red) semata-mata bukti keimanan seseorang kepada Allah SWT.
Kedua, dimensi psikis, bahwa sebagai manusia (berakal), namun jika akal itu berkurang, maka sifat hewani yang akan menang. Melalui ibadah qurban, Allah SWT mengingatkan manusia sebagai yang berakal agar bisa mengendalikan sifat hewani.
“Terakhir, dimensi sosiologis, bahwa setelah niat lillahi ta’alanya dan sudah menyebelih sifat-sifat hewani diri kita, maka dengan begitu kembali ke sosial, hablumminannas,” tandas Gus Robi.