Oleh : HAIRUZAMAN
(Pemerhati Masalah Sosial Politik, Bermukim di wilayah Serang Barat)
Atmosfer politik menjelang pesta demokrasi yang sejatinya bakal di gelar pada 2024 mendatang, tampak mulai memanas. Pasalnya, sejumlah partai politik saat ini sudah mulai melakukan berbagai manuver, termasuk mengadakan konsolidasi secara intens. Tentu saja fenomena itu dinilai wajar saja terjadi. Apalagi kontestasi di panggung politik pada Pemilu 2024 nanti akan semakin ketat guna menarik simpatik masyarakat dan sekaligus mendulang suara terbanyak.
Untuk mendulang suara mayoritas bagi partai politik tersebut, tentu saja tidak semudah seperti membalikkan kedua telapak tangan. Tak pelak lagi, sehingga sejumlah partai politik jauh-jauh sudah melakukan berbagai upaya dan terobosan diantaranya dengan menggelar rapat konsolidasi internal di tubuh partai politik.
Hal tersebut di atas seperti yang dilakukan oleh Partai Bulan Bintang (PBB) yang dinakhodai oleh seorang pakar hukum, Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra. Menghadapi Pemilu 2024 mendatang, berbagai upaya terobosan baru tengah dilakukan oleh Partai PBB sebagai katalisator perubahan. Mulai dari struktur di tingkat DPW, DPC, PAC, Ranting dan sampai di tataran Grass Roots (Akar rumput). Semua lini mulai digerakkan dan berjibaku guna mendulang suara atau mininal mencapai target yang telah ditentukan.
Dalam rangka mengembalikan masa “keemasan” PBB yang pernah diraih beberapa tahun silam, berbagai strategi politik pun mulai diaplikasikan. Misalnya saja, PBB pada Pemilu 2024 ini merubah strateginya dengan berupaya untuk mendekati kekuatan kalangan milenial. Pasalnya, kalangan milenial tersebut dinilai merupakan potensi suara yang cukup menggiurkan. Sehingga perlu adanya pendekatan secara persuasif guna menarik simpatik kalangan milenial tersebut.
Di era digital sekarang ini, salah satu upaya yang dilakukan partai politik dengan menggunakan media sosial (Medsos). Karena media sosial dipercaya sebagai media yang terbilang cukup efektif dalam mempengaruhi masyarakat, terutama kalangan milenial tersebut. Tentu saja, dijajaran internal partai politik harus menpunyai kader-kader yang mumpuni di bidang teknologi digital. Termasuk memiliki ahli di bidang psikologi massa dan bahasa sebagai salah satu strategi yang dilakukan untuk menarik simpatik kalangan milenial.
PBB sebagai partai politik yang berazaskan Islam, tentu saja bukanlah pendatang baru di kancah politik Indonesia. Tak ayal, sehingga telah mempunyai pengalaman politik dan tampil dengan paradigma barunya. Dengan platform yang diusungnya, PBB melakukan evaluasi dan sekaligus menyusun strategi baru untuk mendulang suara mayoritas minimal memenuhi target Parlementary Threshlold sebanyak 4 persen atau setara dengan meraih 25 kursi legislatif di seluruh Indonesia. **