Reportase : Sudana Sukanta – Editor In Chief : Hairuzaman.
SERANG, Harianexpose.com|
Warga Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, menggelar aksi unjuk rasa memblokir pintu gerbang plan Bendungan Cipasauran yang dikelola oleh PT Krakatau Tirta Industri (KTI) Cilegon, pada Selasa (4/10/2022).
Aksi demo tersebut merupakan buntut kemarahan warga yang selama 5 tahun ini mengeluhkan lantaran sumber air di Sungai Cipasauran dikuasai oleh pihak industri. Tak ayal,akibatnya tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat setempat guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
PT KTI ialah perusahaan pengolahan air plat merah yang mengambil sumber air dari Bendungan Cipasauran sejak tahun 2018, untuk menyuplai kebutuhan air bersih kepada industri yang ada di wilayah Kota Cilegon dan Kabupaten Serang.
Koordinator Aksi, Pemuda Kampung Bojong Lor, Desa Pasauran, Soker, mengungkapkan, keluarganya dan puluhan rumah lainnya saat ini merasa kesulitan guna mendapatkan air bersih dari Sungai Cipasauran.
“Karena Sungai Cipasauran di atas Kampung Bojong itu dibendung oleh perusahaan. Ta ayal, sehingga sisa air yang mengalir sangat kecil, Warga di sini sudah tidak bisa lagi memanfaatkan air bersih dari sungai,” ujar Soker, kepada wartawan, pada Selasa (4/10/2022).
Dikatakan Soker, selain debit air sangat kecil, akibat adanya Bendungan Cipasauran, kondisi air juga menjadi keruh dan kotor oleh sampah sertalumpur.
“Sampai saat ini untuk bisa dapat air bersih saya harus membeli. Sekarang sudah tak nyaman lagi mandi dan mencuci di sungai. Sebab, airnya kecil dan kotor. Apalagi kalau lagi ada pembukaan pintu bendungan oleh pihak PT KTI, aliran sungai jadi dipenuhi sampah dan berlumpur. Sehingga sudah jtidak bisa digunakan lagi,” bebernya..
Ia mengaku membeli air setiap 3 hari sekali dengan biaya mencapai Rp 20 ribu, dari tetangganya yang memiliki pompa air dan memasang selang ke sungai.
“Air bersihnya diambil oleh perusahaan untuk dijual ke industri. Kami disini warga di sekitar aliran sungai justru membeli air untuk kebutuhan sehari-hari,” imbuhnya.
Warga lainnya Suardi mengaku bahwa warga selama ini menjerit. Karena sudah nyaris tak bisa memanfaatkan Sungai Cipasauran untuk memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari.
“Warga di sini ada yang mengambil air dari sungai pakai pompa air. Akan tetapi airnya kecil dan kadang kotor. Apalagi kalau pintu bendungan dibuka, sungai jadi dipenuhi lumpur dan kesulitan air bersih,” jelas Suardi.
Suardi mengurakan, Sungai Cipasauran merupakan urat nadi kehidupan warga, dan juga telah lama menjadi tempat berinteraksi sosial bagi warga sekitar aliran sungai.
“Sebelumnya warga bisa menikmati mandi mencuci di sungai, cari ikan, tempat anak-anak bermain dan tempat menyimpan perahu nelayan. Tapi, sejak beberapa tahun sungai ini dibendung, warga sekitar aliran sungai jadi tak bisa lagi menikmati manfaat sungai ini,” kilahnya.
Di saat kondisi musim penghujan, debit air diakui Suardi bertambah dan air yang mengalir melewati bendungan cukup lumayan, tetapi jika kemarau debit air sangat kecil.
“Kalau hujan seperti sekarang, memang sungai ada airnya tetapi keruh. Apalagi kalau pintu bendungan sering dibuka akan bikin lumpur mencemari sungai. Tapi kalau musim kemarau, air sungai jadi sangat kecil dan kotor. Intinya warga jadi kurang bisa mengambil manfaat sungai, yang diuntungkan cuma perusahaan,” tegasnya.
Warga minta perusahaan dan pemerintah berkomitmen untuk kegiatan bendungan PT. KTI tidak mengganggu kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Warga menuntut sumber daya air di Cipasauran ini harus diprioritaskan lebih utama untuk kebutuhan pokok warga di sekitar aliran sungai.