Oleh : Qaulan Tsaqila.
(Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten).
Hijab atau orang dahulu mengenalnya dengan sebutan kerudung atau jilbab, merupakan kain penutup kepala yang ada sejak zaman kenabian, tepatnya pada masa Nabi Muhammad SAW. Pada masa Nabi Muhammad SAW, ketika ayat (perintah) itu turun kepadanya, maka nabi langsung menyebar luaskan kepada para pengikutnya, spesifiknya kalangan wanita.
Para wanita yang mengikuti ajaran beliau mendengar adanya wahyu yang turun tentang kewajiban untuk menutup aurat itu pun bergegas menutupi aurat mereka. Dengan berbagai macam kain yang mereka temui lalu langsung memakainya. Dari kisah nabi tersebut, ditetapkan bahwa jilbab atau kerudung sudah ada sejak zaman kenabian terakhir yakni, Nabi Muhammad SAW.
Di Indonesia sendiri perkembangan jilbab dimulai pada abad ke-17, tepatnya di kota Aceh atau kota dengan kerajaan Islam pertama di Indonesia yakni, kerajaan Samudra Pasai. Perempuan Aceh pada masa itu sudah mengenal jilbab. Pada abad ke-20 mulai muncul gerakan menggunakan jilbab dengan bukti adanya salah satu pahlawan wanita yang menggunakan hijab yakni Nyai Ahmad Dahlan dalam foto bersejarahnya.
Bukan hanya teknologi saja yang berkembang saat ini, akan tetapi jilbab pun berkembang begitu pesat. Awal mula jilbab dipakai dengan model yang begitu sederhana. Dimana hanya disampirkan di kepala tanpa adanya pengait atau orang sekarang menyebutnya hijab tuing-tuing yang hanya disampirkan di pundak. Tapi pada saat ini model jilbab sudah berkembang dengan yang semula sederhana menjadi berbagai macam corak dan model.
Sekitar tahun 90-an, jilbab sudah memiliki berbagai macam model, seperti jilbab segi empat, jilbab bergo, jilbab bros, jilbab silang tumpuk dan jilbab turban. Dari semua jenis jilbab yang disebutkan tadi hanya jilbab silang tumpuk dan turban saja yang jarang terlihat pada saat ini. Untuk jilbab model silang tumpuk, mungkin akan kita temui pada saat moment pernikahan saja dan itu pun sangat sedikit orang yang memakainya.
Selanjutnya ada jilbab model turban, model jilbab yang hanya menutupi kepala saja, dengan memperlihatkan leher jenjang yang dilapisi oleh dalaman ciput. Trend ini memiliki pengikut yang lumayan banyak, tapi pada masanya tidak untuk saat ini hanya segelintir orang saja yang memakainya. Adapun beberapa artis yang dulunya suka menggunakan jilbab turban antara lain, ada Fatin Shidqia Lubis, Zaskia Adya Mecca, Cut Meyriska dan masih banyak lagi artis lainnya.
Proses yang terjadi dari masa ke masa mengenai adanya perubahan model jilbab ini terjadi hingga sekarang ini. Dimana banyak masyarakat wanita yang membuat inovasi hijab yang beragam. Mulai dari tidak harus pakai ciput, karena sudah nempel di hijab tersebut, maupun peluncuran jenis hijab yang baru di wajah masyarakat yakni hijab Pashmina.
Dimana hijab Pashmina ini menurut kebanyakan orang merupakan hijab yang mudah diaplikasikan dan memiliki gaya atau model yang banyak dari satu kain Pashmina saja. Pashmina ternyata mulai diperkenalkan pada abad ke-15 oleh seorang penenun dari Asia Tenggara, bernama Zaynul Abidin. Ketika itu Zaynul Abidin, tengah berkunjung ke Kashmir, India. Saat itu ada salah satu penjual yang menawarkan kain yang bernama Pashmina.
Sejak saat itu kain Pashmina mulai di kenal banyak orang. Puncaknya di pasar wilayah Eropa. Sejak terkenalnya kain Pashmina di berbagai negara, maka Pashmina memiliki banyak inovasi model baru tentang Pashmina tersebut. Pashmina dulu merupakan kain yang dianggap mewah. Pasalnya, memiliki bahan dasar wol. Dimana dulu dibuat dengan bahan dasar bulu kambing yang ada di dataran tinggi Himalaya, Nepal, dan Afghanistan.
Ada satu lagi yang membuat kain ini menjadi mahal yakni, dibuat secara manual menggunakan tangan dengan cara ditenun. Itulah sebabnya, kenapa dulu Pashmina dianggap sebagai barang yang mahal. Karena bahan dasarnya yang terbuat dari bulu kambing yang hanya ada di tempat tertentu saja dan dibuat dengan manual dengan teknik menenun dan dengan menggunakan tangan.
Selain dari jenis Pashmina tersebut, ada jenis hijab lainnya yakni, ada model wolfis, model yang dahulunya di kiri terbuat dari bahan sutra. Akan tetapi tidak hijab jenis ini terbuat dari bahan polyester. Ada lagi yakni jenis wollycrepe yakni, model dengan perpaduan antara wol dan creap. Dimana bertekstur kasar seperti kain woll. Mungkin itu 2 jenis model yang sering dipakai oleh para wanita di Indonesia maupun dunia. Bahkan untuk para santri di seluruh dunia pasti memiliki bahan hijab dari wolfis dan wollycrepe.
Teori yang berkaitan dengan pemaparan diatas yakni teori Dependensi teori tentang ketergantungan. Dimana masyarakat tidak sepenuhnya membeli barang yang dibutuhkan saja pasti mereka membeli barang yang menurutnya itu bagus kendati tidak berguna. Ketika mereka memiliki pemikiran tersebut, pasti dilatar belakangi oleh suatu hal yakni, adanya artis atau pengusaha sukses yang menjadi model itu. Dimana menarik perhatian bagi para khalayak atau masyarakat untuk membeli produk tersebut.
Sama seperti konsep itu yakni para wanita di Indonesia maupun dunia dimana ketika membeli barang pasti melihat ambasadornya dulu. Misalnya untuk hijab, pasti kita lihat siapa model tersebut, bahannya nyaman atau tidak, harganya ramah di kantong atau tidak, itu pasti yang banyak dilihat oleh wanita Indonesia dan dunia.
Model ambasador itulah yang dapat mempengaruhi masyarakat yang melihat produk atau iklan produk tersebut. Ada satu kasus dimana ada seorang wanita dia hanya mau memakai barang yang dipakai oleh idolanya yakni, Dewi Sandra. Pasalnya, mengesampingkan semua brand yang memang bagus untuk dirinya. Namun, ternyata ditolak mentah-mentah olehnya. Karena brand tersebut bukan brand yang dipakai oleh Dewi Sandra sebagai artis idolanya.
Dari kasus tersebut di atas, kita lihat bahwa model ambassador hijab itu sangat mempengaruhi pola pikir konsumennya. Dimana masyarakat memiliki ketergantungan akan model ambassador hijab tersebut. Karena dalam pikiran mereka tertanam bahwa hijab itu cocok dipakai oleh idolanya dan pastinya akan cocok juga untuk dipakai sendiri. Jadi,.inti dari pemaparan ini yakni hijab itu bukan budaya asli Indonesia, melainkan merupakan budaya yang dibawa oleh umat Rasulullah. Sehingga sampai tersebar ke negara Indonesia.
Sesudah itu, kita pun bisa melihat bahwa zaman dulu itu model hijabnya cukup banyak dan bervariasi. Ketika zaman berkembang, hijab mulai lebih banyak dikenal dan digubakannya untuk diri pribadi. Hijab juga dipakai dengan berbagai macam bahan. Ada bahan wolfis, pashmina, wollycrepe, bahan paris dan masih banyak lagi jenis bahan yang lainnya.
Teori yang mungkin bersangkutan dengan materi ini yakni teori dependensi, teori mengenai ketergantungan, dimana dalam teori ini menitikberatkan pada ketergantugan suatu negara atau individu terhadap dunia luar contohnya seperti trend hijab, yang sudah di jelaskan di awal bahwa hijab masuk ke Indonesia dipelopori oleh para tokoh pahlawan di kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kata Islam sendiri berasal dari bangsa Arab yakni pada massa Nabi Muhammad SAW. Sudah jelas bahwa kita memiliki ketergantungan pada bangsa luar akan trend yang terkenal pada saat ini.
Di Indonesia untuk trend hijab ini memiliki pengaruh yang begitu besar, terutama untuk para perempuan. Meniru, itulah kata yang melekat pada masyarakat Indonesia, dibidang apapun pasti kita akan menemuinya. Dari kata meniru tersebut yang memiliki ketersinambungan antara produk hijab yang di pakai artis, selebgram atau pejabat pemerintah dengan gaya meniru perempuan saat melihat idolanya.
Perempuan akan cenderung menyukai sesuatu yang indah di pandang mata. Dengan peran artis, selebgram, atau pejabat yang menjadi wajah baru dalam peluncuran suatu prodak hijab pasti akan menarik banyak peminat khususnya untuk para perempuan, di seluruh Indonesia. Mereka seakan-akan memiliki magnet tersendiri untuk menarik konsumen agar membeli produk mereka. Jadi, teori ketergantungan memiliki keterkaitan dengan pemaparan yang sudah disampaikan, yakni dimana para perempuan akan lebih tertarik untuk membeli hijab jika idola mereka yang menjadi brand ambasadornya. * *