Oleh : HAIRUZAMAN.
(Penulis Buku dan Praktisi Pers)
Pendidikan seumur hidup, yang disebut dengan Life Long Education adalah pendidikan yang menekankan bahwa proses pendidikan berlangsung itu dilakukan secara terus -menerus sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia, Baik itu dilaksanakan di jalur pendidikan formal, non formal maupun informal.
Jalur pendidikan formal (formal education) yakni mencakup pendidikan sekolah mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, SMP, SMA/SMK hingga ke Perguruan Tinggi. Sementara itu, jalur pendidikan non formal seperti, melalui lembaga Pondok Pesantren (Ponpes), Madrasah (MI/MTs/MA), kursus ketrampilan dan institusi yang sejenis. Sedangkan pendidikan in formal bisa diperoleh seseorang melalui pendidikan di dalam keluarga.
Akan tetapi, Ponpes merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal yang paling tertua dan telah mengakar kuat di tengah-tengah masyarakat Indonesia, Dimana masyarakatnya mayoritas memeluk agama Islam. Sehingga peran Ponpes dinilai sangat penting sebagai sarana dan sekaligus kawah candradimuka penggemblengan akhlak, akidah dan ilmu agama bagi umat Islam.
Pendidikan bagi anak merupakan tanggung jawab kita semua. Dimulai dari keluarga yang merupakan lembaga pendidikan pertama (al-madrasah al-ula), masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan, hingga negara. Mendidik berarti membangun karakter untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul lahir dan bathin yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan akhlak mulia. Untuk membentuk sumber daya manusia (SDM) ini tidak mudah tentunya, perlu adanya pendidikan yang bersifat berkelanjutan (long life education).
أُطْلُبِ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى اللَّحْدِ
Artinya : “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahad” (al-Hadits).
Pendidikan yang membimbing manusia sejak berinteraksi dengan lingkungannya hingga dia wafat. Islam sangat memberikan perhatian terhadap pendidikan karakter ini, agar kehidupan di dunia ini damai, sejahtera, bermartabat dan membawa kemaslahatan bagi seluruh makhluk termasuk untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Ponpes Lembaga Pendidikan Tertua
Pondok Pesantren (Ponpes) mempunyai peran yang besar dalam mencerdaskan anak bangsa melalui pendidikan agama, sebuah lembaga pendidikan yang keberadaannya jauh sebelum Indonesia merdeka. Pondok Pesantren lahir berbarengan dengan sejarah awal dakwah Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.
Ketika para pendakwah Islam yang terkenal dengan Walisongo menyebarkan Islam di Nusantara ini sekitar pada abad 15 Masehi seperti pondok pesantren al-Kahfi Somalangu, Kebumen. Pesantren ini berdiri pada tahun 1475 yang didirikan oleh Syekh as-Sayyid Abdul Kahfi al-Hasani asal Hadramaut, Yaman.
Pondok Pesantren luhur Dondong Semarang, yang berdiri pada sekitar 412 tahun yang lalu, yang konon ini merupakan pesantren tertua di Jawa Tengah. Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon. yang berdiri pada tahun 1705. didirikan oleh Syekh Hasanuddin bin Abdul Latif, yang dikenal dengan Ki Jatira dan banyak lagi pesantren-pesantren yang lahir jauh sebelum Indonesia lahir. Hingga kini alhamdulillah, Pondok Pesantren tetap eksis dan bahkan mampu berkembang serta beradaptasi dengan tantangan zaman.
Berdasarkan informasi dari Kementerian Agama RI bahwa pesantren di Indonesia hingga bulan Juli 2021 tercatat ada sekitar 32.2018 pesantren. Kaidah “al-Muhafadzat ‘ala al-qadim as-shalih wa al-akhdzu bi aljadidi al-aslah”.
المُحَافَظَةُ عَلَى الْقَدِيمِ الصَّا لحِ وَالَاجْذُ بِا لجَدِ يْدِ الْاَصْلَحِ
Artinya : “yaitu mempertahankan nilai-nilai (ajaran) yang lama yang baik dan mengambil (mengadopsi) nilai-nilai (methode) yang baru yang lebih baik”.
Dalam Mukernas ke-5 RMI (Rabithah al-Ma’ahid alIslamiah) di Probolinggo pada tahun 1996, disebutkan ada tiga peran dan fungsi pesantren sesuai watak kemandirian dari visi emansipatorisnya.
Pertama, sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam. Artinya, pesantren ikut bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa dan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang memiliki ilmu pengetahuan yang handal, serta dilandasi iman dan takwa yang kokoh.
Kedua, sebagai lembaga perjuangan dan dakwah Islamiah. Artinya, pondok pesantren bertanggungjawab mensyiarkan agama Allah serta ikut berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan umat beragama serta meningkatkan kerukunan antar umat beragama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Ketiga, sebagai lembaga pemberdayaan dan pengabdian masyarakat. Artinya, pesantren wajib mendarmabaktikan peran, fungsi, dan potensi emansipasi yang dimilikinya guna memperbaiki kehidupan serta memperkokoh pilar eksistensi masyarakat demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang adil, beradab, sejahtera dan demokratis.
Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow
Hirarki kebutuhan Maslow adalah teori yang diperkenalkan oleh Abraham Maslow dalam makalahnya, “A Theory of Human Motivation”, di Psychological Review pada tahun 1943.
Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Lalu apa konsep dari Teori Hirarki Kebutuhan Maslow ini? Konsep teori ini berawal dari pengamatan terhadap perilaku monyet yang dilakukan oleh Abraham Maslow. Dari pengamatan tersebut, Abraham Maslow mendapatkan sebuah konklusi berupa ada beberapa kebutuhan yang akan lebih diutamakan dicapai oleh seorang individu daripada kebutuhan lainnya
Seperti individu mungkin akan lebih lama bertahan hidup jika mereka dapat memenuhi asupan cairan mereka dibandingkan memenuhi kebutuhan makan mereka. Dari contoh ini dapat diambil kesimpulan bahwa air adalah hal yang sangat penting untuk menopang kehidupan manusia.
Hal inilah yang dijadikan permisalan oleh Abraham Maslow dalam menyusun teori hirarki kebutuhannya. Tambahan dari kesimpulannya, bahwa kebutuhan tingkat selanjutnya dapat diraih apabila seorang individu berhasil memenuhi kebutuhan tingkat sebelumnya.
Abraham Maslow juga menambahkan pendapat lain yaitu, bahwa dalam mencapai tingkatan kebutuhan selanjutnya, seseorang dapat menggunakan kuasa motivasi untuk mendorong mereka dalam mencapai tingkat kebutuhan di tingkat selanjutnya. Ada dua jenis kuasa motivasi yang dapat digunakan oleh seorang individu dalam memenuhi kebutuhan mereka, yaitu menggunakan deficiency growth atau dapat diartikan sebagai motivasi kekurangan dan motivation growth atau dapat diartikan sebagai motivasi perkembangan.
Berbeda dengan anak-anak, orang dewasa mau belajar karena desakan kebutuhan hidup. mereka. Sehingga orang dewasa termotivasi untuk belajat. Karena itu materi pelajarannya pun harus relevan dengan kebutuhan mereka. Adapun ilmu yang mrmoelajari orang dewasa adalah Andragogyk. Sedangkan ilmu yang mempelajari anak-anak ialah Paedagogyk. Itulah bedanya belajat orang dewasa dan anak-anak.
Untuk mrnyalurkan minat belajarnya, biasanya orang dewasa memilih lembaga pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya melalui pendidikan non formal seperti kursus, Kelompok Belajar (Kejar) Paket A, B dan C, serta lembaga pendidikan non formal lainnya
Orang dewasa belajar sambil bekerja. Sehingga diharapkan jalur pendidikan non formal yang ditempuh akan meningkatkan kariet dalam pekerjaannya. Termasuk guna meningkatkan wawasan dan keilmuannya di bidang tertentu. Kendati usianya sudah dewasa, namun masih mau untuk belajat. Karena konsep life long edication. **