Penulis ; M. Ishom El Saha. Editor In Chief : Hairuzaman
Berita koran Kompas (23/11/2023), tentang jutaan generasi muda yang terlilit pinjaman online (Pinjol) sangat menyayat hati kita semua. Masih muda sudah pandai berhutang, maka bagaimana nasib masa depannya? Mirisnya lagi generasi muda yang terlilit Pinjol ialah kaum terpelajar, kebanyakan kalangan mahasiswa.
Mengapa mahasiswa memilih Pinjol? Secara umum motivasi awal mereka ialah mencari tambahan biasa kuliah dan living cost, di luar yang mereka kantongi setiap bulan dari kiriman orang tua mereka atau beasiswa dari kampus mereka. Bermodal Pinjol, mereka gunakan untuk investasi dan berwirausaha yang menurut mereka mudah mendapatkan keuntungan instan.
Pernah penulis berhadapan dengan seorang mahasiswa terlilit Pinjol, Dimana menurutnya, dia menggunakannya untuk sekedar membeli tiket konser artis dunia di Jakarta. Dia bersama teman-temannya berspekulasi dan beradu nasib membeli tiket untuk tujuan dijual kembali kepada pihak lain dengan harga yang lebih mahal dari harga awal yang mereka beli. Namun, celakamya rupanya perhitungan mereka meleset. Pasalnya, tiket yang dibeli tidak laku dan mereka merugi dengan tetap punya tanggungan membayar Pinjol.
Pengalaman lainnya yakni ada seorang mahasiswa yang tergiur dengan iming-iming arisan membeli produk e-commerce dengan keuntungan tiap bulan bisa menikmati produk itu tanpa harus beli. Asumsinya daripada tiap bulan mengeluarkan biaya belanja produk itu, maka lebih baik ikutan arisan dengan keuntungan double. Tapi rupanya yang dibayangkan meleset. Sebab, operator arisan yang notabene-nya juga teman-teman seusianya tidak bertanggungjawab dan kabut menghilangkan jejak. Mahasiswa itupun terlibat Pinjol.
Tak etisnya mahasiswa yang terlilit Pinjol lagi ialah mereka sering mencatut nama dosen-dosen mereka sebagai penjamin Pinjol. Mahasiswa yang terlilit Pinjol, akan tetapi yang diteror oleh operator Pinjol adalah dosen yang dicatut mahasiswa. Padahal tanpa sepengetahuan dosen. Kasus semacam ini belakangan ini sering dihadapi dosen.
Bahkan pada bulan Oktober kemarin, banyak website perguruan tinggi yang diserang pihak-pihak yang kurang bertanggung jawab. Konon, karena di kampus tersebut terdapat banyak mahasiswa yang terbelit Pinjol.
Masalah Pinjol yang membelit generasi muda kita ibarat duri dalam daging. Ingin dicabut tapi menyakiti seluruh anggota badan. Namun, jika dibiarkan masalah ini akan menimbulkan derita sakit sepanjang masa. **