Oleh : HAIRUZAMAN
(Penulis Buku dan Praktisi Pers)
Siang itu, saya bersama rombongan Dosen Politeknik Ahli Usaha Perikanan (AUP) Jakarta, yang akan mengadakan riset kerang hijau, naik perahu motor. Tujuannya ialah ke lokasi keramba budi daya kerang hijau milik Koperasi Karya Sinar Bahari Karangantu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, pada Kamis (18/4/2024).
Hari itu, Koperasi Karya Sinar Bahari sebagai produsen kerang hijau akan melakukan masa panen. Seperti biasanya, kerang hijau itu sudah memasuki masa panen dalam rentang waktu selama 6 bulan. Dalam satu hari pembudi daya bisa menghasilkan sebanyak 5 ton per hari. Namun, jumlah tersebut ternyata tak mampu untuk memenuhi kebutuhan pangsa pasar kerang hijau yang terbilang begitu tinggi. Hal ini lantaran masih minimnya modal yang dimiliki oleh Koperasi Karya Sinar Bahari Karangantu.
Saat ini anggota Koperasi Karya Sinar Bahari Karangantu tercatat sebanyak 30 orang. Sedangkan untuk satu anggota mempunyai 3 unit keramba kerang hijau. Jumlah keramba saat ini sebanyak 80 unit.
Untuk mengembangkan usaha budi daya kerang hijau itu dibutuhkan modal yang tidak kecil. Pasalnya, bambu yang berjumlah 120 batang untuk satu unit keramba itu menelan biaya sekitar Rp.8 juta. Sementara itu, pasca panen bambu itu harus diganti karena sudah lapuk dimakan usia.
Belum lagi biaya untuk membeli tambang guna mengikat bambu yang modalnya tidak sedikit. Sebab, untuk satu unit keramba dibutuhkan sekitar 200 kg tambang dengan harga Rp.17 ribu per kg. Biaya tersebut belum termasuk peralatan tungku untuk memasak kerang hijau dan biaya lainnya.
Suara deru perahu motor yang kami tumpangi sempat terhenti dan mogok. Padahal baru sekitar 500 meter dari tempat kami beranjak. Ternyata baling-baling mesin perahu motor tersangkut oleh tumpukan sampah. Sehingga baling-baling mesin perahu motor pun terganggu dan akhirnya mogok. Memang sejak kami berangkat dari dermaga, sejauh mata memandang kami disuguhi pemandangan yang membuat tak nyaman. Tumpukan sampah berserakan hampir di sepanjang muara laut Karangantu. Sehingga laut pun menjadi tercemar.
Tak ayal, tumpukan sampah tersebut bukan hanya menghambat perjalanan kami menuju ke lokasi keramba kerang hijau yang akan dipanen. Akan tetapi, juga dapat mencemari lingkungan alam di sekitar perairan laut Karangantu. Tak pelak lagi, akibatnya membuat para pengunjung pun merasa tak nyaman. **