Tangerang, Harianexpose.com –
Proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan sistem during yang diterapkan di sekolah di masa pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) sekarang ini ternyata mengundang berbagai persoalan. Hal ini seperti yang di alami oleh salah seorang siswi SMPN 2 Pakuhaji, Desa Kiara Payung, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten. bernama Siti Hodijah.
Pasalnya, di SMPN 2 Pakuhaji itu nama Siti Hodijah terdapat dua nama siswi yang masih satu kelas di 7e. Celakanya, salah seorang guru di sekolah itu lalai lantaran di salah satu kelas ada nama siswi yang namanya serupa yakni Siti Hodijah.
Menurut salah seorang Wali Murid SMPN 2 Pakuhaji berinisial MIP, guru SMPN 2 itu dinilai telah lalai dalam bertugas lantaran ada dua nama murid yang serupa, akan tetapi ditempatkan di satu ruang kelas yang sama. Akibatnya, salah satu siswi sampai saat ini belum menerima raport. Sehingga hasil kegiatan belajar mengajar melalui sistem during itu hingga saat ini belum diketahui juntrungannya.
Pantas saja kalau orang tua murid menegurnya. Sebab, anaknya selama belajar hampir satu tahun belakangan ini ternyata tidak ada hasilnya. Bahkan, sampai sekarang belum menerima raport. Seakan-akan siswi tersebut tidak terdaftar. Tak pelak lagi, sehingga orang tua murid pun merasa kecewa.
Menurut orang tua murid SMPN 2 Pakuhaji, MIP, tidak lama lagi anak saya akan menginjak semester genap tahun ajaran 2020 /2021. “Seandainya anak saya belum menerima raportnya, maka saya akan terus berusaha. Karena anak saya selalu mengikuti pelajaran secara terus-menerus”, tuturnya.
Ia mengungkapkan. sebagai orang tua selalu melihat ketika anak mengambil soal setiap hari Senin. Sedangkan untuk penyerahan jawabannya pada Sabtu. “Bahkan, saya sudah melihat di buku induk pendaftaran dan anak saya ada di ruang kelas 7e. Saat ini anak saya baru kelas tujuh”, terangnya.
Masih menurut orang tua murid MIP, pihaknya berharap agar guru di SMPN 2 Pakuhaji benar-benar menjaga kredibilitas sekolah tersebut. Sehingga tidak ada siswa yang merasa dirugikan akibat lalai dalam menjalankan tugas profesinya.
Ia mengatakan, anak saya selalu belajar, bahkan buku lembar kerja siswa pun selalu beli seperti teman-temannya yang lain. “Anak saya pun beli LKS seharga Rp.150 ribu. Celakanya, anak saya tidak menerima raport hasil evaluasi belajarnya. Sehingga saya merasa bingung”, urainya.
Ditambahkan, saya berharap agar anak saya tetap ada di ruang kelas 7e. Hal itu karena sudah banyak teman-temannya. Selain itu, raportnya juga harus diterima kendati sampai saat ini belum ada kejelasan.
Sementara itu, ketika hal itu dikonfirmasi awak media, salah satu Wali Kelas yang tak mau disebut jati dirinya, Kamis (25/3), menjelaskan, awalnya, Siti Hodijah itu ada di kelas 7b, Hanya saja anaknya memilih di kelas 7e. Hal itu lantaran di kelas 7b, dia tidak ada temannya. Sedangkan di kelas 7e temannya banyak.
“Hanya di sini (kelas 7e-Red), sudah ada yang namanya Siti Hodijah, cuma dia ujungnya pakai huruf K. Namun, tetap akan saya urus semua hasil nilai yang belum terdata selama dia belajar. Wali kelas juga akan mengusahakan semaksimal mungkin agar anak yang namanya Siti Hodijah itu segera mendapatkan hasil nilai belajarnya selama ini”, ungkapnya.
Laporan : Agus Riadi.
Editor In Chief : Hairuzaman.