Oleh : HAIRUZAMAN.
(Penulis Buku dan Wakil Pemimpin Redaksi Tabloid VISUAL Jakarta).
Politik, Partai Politik, dan Perempuan Frontstage and Backstage Sebuah Catatan. Demikian judul buku yang ditulis Imron, S.Sos. Buku ini mengulas tentang keterlibatan kaum perempuan di kancah politik. Keterlibatan kaum hawa ini dipandang sangat kardinal guna menyuarakan berbagai aspirasi kalangan perempuan.
Menurut Imron, dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjadikan topik politik sebagai suatu kebutuhan yang perlu diikuti secara sistemis. Diskursus mengenai politik yang dibahas oleh sebagian besar manusia pasti berkelindan terhadap institusi partai politik, termasuk membahas keterlibatan perempuan dalam dunia politik.
Hal ini amat wajar, mengingat politik selalu mempengaruhi proses formulasi kebijakan publik dan pengambilan keputusan (decision making). Keterlibatan perempuan dalam dunia politik memang telah menjadi perhatian sejumlah pihak. Karena secara otomatis ini akan melahirkan keterlibatan perempuan dalam ruang publik (public sphere), meskipun di sisi yang lain keterlibatannya tertatih-tatih untuk mendapatkan kursi di parlemen. Bahkan, mendapatkan respons yang berbeda dari sebagian masyarakat seolah-olah keterlibatan perempuan dalam domain politik adalah hal yang tabu, begitu sudut pandang yang sering kita dengar.
Realitas menunjukkan bahwa keterlibatan perempuan dipanggung politik memang belum sesuai dengan das sein (cita-cita yang didambakan) dan das sollen (harapan yang menjadi kenyataan). Pasalnya, keterlibatan keterwakilan kalangan perempuan di parlemen misalnya masih belum relevan dengan das sollen. Sehingga aspirasi mereka kerap kali menjadi terabaikan.
Di tengah arus globalisasi, lanjut Imron, perempuan diharapkan mampu memanfaatkan sejumlah kebijakan yang mendukung sepenuhnya keterlibatan perempuan dalam domain politik, terutama kebijakan afirmasi sebesar 30 persen yang mewajibkan parpol untuk memberikan ruang bagi perempuan dalam pencalonan dan struktur kepartaian. Kendati kebijakan afirmasi telah hadir di Indonesia, hal ini belum begitu dimanfaatkan dengan baik.
Partai politik sebagai entitas demokrasi juga perlu mewujudkan tugasnya untuk memberikan pendidikan politik kepada khalayak publik dan asas transparansi yang juga perlu ditampilkan. Sebab, parpol sebagai badan publik dan pilar utama demokrasi.
Antara das sein das sollen kalangan perempuan di kancah politik itu secara empirik tergerus oleh adanya berbagai kepentingan politik itu sendiri. Suara kalangan perempuan seolah tenggelam dan lenyap di tengah hiruk -pikuk panggung politik dengan berbagai kepentingannya. **