Lebih Dekat Dengan Dr. KH. Ahmad Bazari Syam, Lokomotif Pendidikan NU di Banten

Oleh : Hamdan Suhaemi

(Wakil Ketua PW GP Ansor Banten,
Ketua PW Rijalul Ansor Banten dan
Idaroh Wustho Jatman Banten)

Riwayat Lahir

Ahmad Bazari lahir di Jawilan pada 3 April 1964, putera dari ayah KH. Sucida Syamsuddin dan ibu Hj. Syu’aibah. Kelahiran di tengah lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes) Assalamiyah yang didirikan oleh kakeknya yaitu, KH. Muhammad Thowil, murid dari Hadrotusyaikh KH. Hasyim Asy’ari Tebuireng.

Sejak kecil, Bazari sudah dalam bimbingan kakeknya yang ulama besar. Dasar-dasar ilmu pengetahuan agama didapatkan dari sang kakek, termasuk ngaji al-Qur’an. Karena bagi mayoritas orang Banten, ngaji Qur’an wajib fasihat, karena itu diajarkan secara disiplin dan tegas.

Pendidikan

Saat usia 6 tahun, Bazari kecil masuk pendidikan formal yaitu di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Falah, masih di sekitar Kecamatan Jawilan, Kabupaten Serang. Setelah 6 tahun berlalu, Bazari remaja masuk sekolah menengah di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Assalamiyah. Setelah lulus dari Madrasah Tsanawiyah, lalu berlanjut belajar di Madrasah Aliyah (MA), masih di tempat yang sama yaitu MA Assalamiyah.

Setelah lulus dari Aliyah, Bazari muda melanjutkan pendidikannya ke IAIN Sunan Gunung Jati di Bandung, Jawa Barat. Namun, kuliahnya hanya sampai Sarjana Muda tidak selesai hingga Strata satu )S1). Pulang ke Jawilan, kemudian melanjutkan kuliah di STAISMAN Pandeglang hingga lulus sarjana.

Kemudian tidak berhenti di strata satu, ia melanjutkan ke strata dua atau pasca sarjana, mengambil magister pendidikan di Universitas Islam Jakarta. Lulus dan menyandang gelar magister pendidikan, lalu diteruskan hingga ke strata tiga yaitu program Doktoral di UNINUS Bandung.

Dr. Ahmad Bazari Syam, seorang figur pendidik yang sangat konsen dalam mendidik, mengajar, membimbing dan mengembangkan pendidikan Islam yang sudah diwariskan oleh para pendidik sebelumnya, yaitu para pendidik kalangan ulama NU. Prinsip dan nafas perjuangan dalam mendidik umat tidak lepas dari prinsip yang diajarkan oleh guru-gurunya yang notabene ulama NU.

Sanad Ilmu

Ahmad Bazari, terlahir sebagai putera KH. Sucida Syamsuddin tentunya terdidik di lingkungan pesantren. Masa kecilnya selain sekolah di Madrasah Ibtidaiyah, Bazari ngaji ke ayahnya seorang kiai yang alim, pengasuh Pesantren Assalamiyah serta masih berkesempatan ngaji ke kakeknya yaitu KH. Muhammad Thowil, ulama besar, murid dari muassis NU yakni Hadrotusyaikh KH. Hasyim Asy’ari.

Adapun kitab yang dikaji dari kakeknya itu adalah kitab Fathul Qorib, Matan Alfiyah, Ta’lim Mutallim, Matan Jurumiyah, Tafsir Jalalain yang sanadnya berasal dari Hadrotusyaikh KH Hasyim Asy’ari.

Setelah mendapat sanad ngaji dari ayah dan kakeknya, Bazari muda meneruskan ngaji ke Kadu Kaweng Pandeglang untuk mendalami Alfiyah dari sang maha guru yaitu Mama KH. Sanja.

Dari Mama Sanja, Bazari Syaam ngaji ke Rengasdengklok Karawang untuk mendalami kajian ilmu tauhid kepada Ajengan KH. Hasan Basri, yang masyhur dipanggil Mama Obay. Kemudian diteruskan ngaji kitab Jauhar Maknun kepada Mama KH. Raden Ujang Rifai di Citeras Rangkas Bitung Lebak.

Beberapa tahun pengembaraan menuntut ilmu, di daerah Pasundan, Bazari muda ngaji kitab fiqih kepada maha guru Fathul Mu’in yaitu Mama KH. Suhaimi Padarincang Kabupaten Serang. Kemudian menyempatkan ngaji kepada KH. Unari, seorang ulama sepuh dari Kopo.

Organisasi

Pada tahun 1985, untuk pertama kalinya pemuda Bazari ikut aktif di organisasi Banom NU yaitu GP Ansor bersama Habibi Asafah dan Suhaimi Ibnu Saba. Saat itu GP Ansor belum dikenal publik Banten khususnya warga Serang.

Hingga pada tahun 1988, Ahmad Bazari didaulat untuk mengurusi IPNU di Banten, mendirikan sekaligus menjadi wakil dari wilayah Banten untuk ikut kongres IPNU di Denanyar Jombang Jawa Timur.

Kongres tersebut sangat krusial, akibat pengaruh kebijakan pemerintah Orde Baru yang ingin mengerdilkan peran NU dan Banomnya di tengah masyarakat. IPNU dengan kepanjangan dari Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dipaksa oleh agen orde Baru untuk merubahnya dengan Ikatan Putera Nahdlatul Ulama. Kongres tersebut memutuskan Zainut Tauhid sebagai Ketua Umum terpilih.

Lalu pada tahun 1992, IPNU pun dikembalikan lagi menjadi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama saat kongres IPNU di Lasem Rembang. Dalam kongres tersebut Hilmi Muhammadiyah terpilih menjadi Ketua Umum PP IPNU.

Awal tahun 2000, H. Ahmad Bazari Syam ikut membidani berdirinya PWNU Provinsi Banten , saat itu ketua PW terpilih adalah H. Ikhwanto dan pada priode berikutnya terpilih sebagai Ketua PW NU Banten yaitu KH. Aminudin Ibrahim. Sementara H. Ahmad Bazari Syam ditugasi di jajaran Tanfidziyah. Begitupun di priode kepemimpinan H. Makmur Masyhar H. Ahmad Bazari diminta sebagai Wakil Ketua PWNU.

Pada priode kepemimpinan H. Zaenal Muttaqin, ia diamanati sebagai mustasyar PWNU hingga masa pergantian kepemimpinan dari Zaenal Muttaqin ke Prof. Dr. Soleh Hidayat. Dan sejak 2018 lalu, Dr. H. Bazari Syam terpilih menjadi Ketua PW ISNU ( Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama) Provinsi Banten, sekaligus diamanati di kepengurusan PWNU Banten dibawah pimpinan KH. Bunyamin Hafidz sebagai Mustasyar PWNU.

Lokomotif Pendidikan

Dr. KH. Bazari Syam dalam rentang waktunya telah banyak berkontribusi pada pengembangan pendidikan Islam, terutama madrasah sebagai basis pendidikan Islam yang bercorak NU.
Kiprahnya dimulai dari mengelola Yayasan Pesantren Assalamiyah dengan mengembangkan perguruan tinggi yang dicita-citakan oleh kakeknya yaitu KH Thowil.

Sekolah Tinggi Agama Islam Assalamiyah adalah buah tangannya, yang kini dikomandoi oleh Dr. H. Ukun Kurnia sebagai Ketua STAI Assalamiyah.

Disamping sebagai PNS di Kementerian Agama, dedikasinya mengantarkan Dr. KH. Ahmad Bazari Syam ke puncak karirnya sebagai Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Banten masa jabatan 2013-2020.

Di sela kesibukannya sebagai Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Banten, Dr. KH Bazari Syam terus mengembangkan lembaga-lembaga pendidikan Islam ala NU di beberapa daerah terutama di Serang Timur dan Kabupaten Lebak.

Buah tangannya yang kini terasa manfaatnya oleh masyarakat antara lain.

– Mendirikan Yayasan al-Wahdah di Pasir Salam Kecamatan Pamarayan Serang.
– Mendirikan Madrasah Assalamiyah di Maja Kabupaten Lebak, madrasah Daru Niam di Pamarayan, madrasah Al-Asyari di Pagintungan, madrasah Nahdlatul Ulum di Kopo, madrasah Darussalam di Nyompok, dan madrasah Riyadussolihin di Pamarayan.

Kiprahnya di dunia pendidikan Islam, tidak lain karena pengaruh kakeknya yang menanamkan karakter pendidik di dalam diri KH. Bazari Syam, sehingga terwujud banyak lembaga-lembaga pendidikan madrasah yang didirikan berkat kegigihannya. Suatu prestasi yang hebat dari sosok ulama yang pendidik, kepribadian yang tenang, murah senyum, dan pengayom kaum muda.

Dr. KH. Ahmad Bazari Syam, cucu Mama KH. Muhammad Thowil, putera KH. Sudica Syamsuddin adalah tokoh ulama NU yang istiqomah membangun dan mengelola madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam dengan corak NU.

Konklusi

Selain sebagai ulama pendidik, Abah Dr. KH. Bazari Syam adalah juga pengamal Tarekat Qodriyah Naqsyabandiyah dari sanad Abah Anom Singaparna Tasikmalaya, Jawa Barat.

 

PT. KORAN SINAR PAGI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top