Reportase : A. Abdurrochim S. / Yani Sumiati. Editor In Chief : Hairuzaman. Deputy Chief Editor : Prof. Dr. KH. Sutan Nasomal Tambunan, SH, MH, LLM, P.hd.
BANDUNG – Harianexpos.com |
Di Desa Banjaran Wetan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, kehadiran Bupati Dadang Supriatna, yang didampingi Bunda Bedas Kabupaten Bandung, Hj. Emma Dety Dadang Supriatna serta jajaran Perangkat Daerah di lingkungan Pemkab Bandung tersebut langsung disambut antusias segenap masyarakat Desa Banjaran Wetan, pada Kamis (31/8/2023).
Dalam kegiatan itu, Dadang Supriatna mengatakan, kepada warga Desa Banjaran Wetan yang hadir pada giat Rembug Bedas kegiatan ini merupakan salah satu upaya dirinya untuk mengetahui secara langsung kondisi faktual desa.
Dalam diskusinya dengan warga, Bupati Bandung langsung merespons apa yang menjadi aspirasi masyarakat, terkait dengan kondisi jalan yang belum tertata. Sehingga ia mendorong Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Bandung untuk turun ke lokasi dan memperhatikan kondisi jalan yang perlu diperbaiki atau dibangun dengan pertimbangan penguatan infrastruktur desa yang merupakan bagian dari pelayanan desa.
Di sektor pertanian, Dadang Supriatna juga mensosialisasikan tentang subsidi bagi para petani di Kabupaten Bandung.
“Para petani di Kabupaten Bandung diberikan subsidi Rp 25 miliar untuk 50.000 petani. Tahun ini 50.000 petani dan tahun depan sisanya. Program ini sudah berlangsung.” katanya.
Kang DS sapaan akrab Dadang Supriatna mengatakan, di Kabupaten Bandung masih ada 17.000 hektare lahan pertanian padi. Terkait dengan program sawah abadi ini, Program sawah abadi bisa diperjualbelikan namun khusus untuk para petani.
“Sawah abadi tak boleh digunakan untuk bangunan, industri atau perumahan. Mulai 1 Januari 2023, pemilik sawah abadi tak usaha bayar PBB setiap tahunnya. Segera buatkan Peraturan Desa (Perdes). Perdes ini salah satu persyaratan dan tak boleh bayar PBB tiap tahunnya,” tegasnya.
Tak hanya itu, Kang DS juga kembali mensosialisasikan tentang program insentif bagi para guru ngaji. Menurut ia, dari 17.000 guru ngaji di Kabupaten Bandung, baru 15.345 guru ngaji yang mendapatkan insentif dengan anggaran Rp 109 miliar setiap tahunnya. Kang DS juga mengajak para ulama dan umaroh untuk selalu kompak. “Ayo kita sama-sama membangun Kabupaten Bandung yang Bedas,” katanya.
Dalam sesi diskusi antara Kang DS dengan warga, didapatkan sejumlah warga maupun aparat desa menyampaikan aspirasinya kepada orang nomor satu di Kabupaten Bandung ini. Salah satunya Kepala Desa Banjaran, Wetan A. Cahya Sariman, yang menyampaikan apresiasi terkait program kartu tani si Bedas.
“Kami berharap ada tambahan alsintan, supaya masyarakat kami lebih sejahtera,” harap Cahya.
Cahya pun menuturkan, tentang telah terwujudnya jalan usaha tani sepanjang 250 meter. Cahya berharap pembangunan jalan usaha tani dapat dilanjutkan, dan ini menjadi “PR” bagi perangkat desa maupun Pemkab Bandung.
“Saya menyisakan 40 hari lagi jabatan kades dan ingin tetap berkarya. Untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat,” katanya.
Selain itu, Cahya berharap ada tempat pengolahan sampah yang dibangun pada lahan tanah carik desa. Mengingat Desa Banjaran Wetan berpenduduk belasan ribu jiwa, sehingga sampah yang dihasilkan cukup besar.
Seorang petani Abah Ana, berharap ada tambahan alat mesin pertanian (alsintan) dari Pemkab Bandung.” Sudah ada 5 unit traktor, 1 cultivator, 1 pipilan jagung, selain bantuan bibit padi, dan pupuk yang sudah diterima para petani. Kami berharap ada tambahan alsintan untuk memperlancar ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Dalam hal jaminan sosial bagi guru mengaji, terdapat beberapa aspirasi dari para Guru Ngaji yang terkait kartu BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan maupun belum meratanya pembagian insentif
Bagi guru ngaji di desa tersebut. Aspirasi Guru ngaji tersebut langsung d respon oleh Kang DS.
Di hadapan Kang DS, salah seorang Kader PKK Desa Banjaran Wetan, Erni Nuraeni mengucapkan terima kasih adanya bantuan insentif bagi kader PKK dan Kader posyandu Rp 50.000/bulan.
Ketua RW 08 Desa Banjaran Wetan, Undang mengatakan,, di RW 08 tak memiliki bak atau tong sampah. “Supaya masyarakat tak kemana saja buang sampah. Dengan adanya tong sampah ada proses pemilahan sampah organik maupun nonorganik,” katanya.
Ketua RW 05 Hendra menyampaikan tentang UMKM. Menurut Hendra, sampai saat ini pihaknya belum mendapatkan bimbingan untuk solusi dalam pengembangan usaha tersebut. Di era digital, Hendra berharap ada bimbingan teknis untuk peningkatan usaha UMKM serta adanya kerjasama antara pelaku UMKM dengan pemerintah . “Supaya kita bisa memasarkan produk UMKM melalui digital,” harapnya.