Reportase : Sudana Sukanta. Editor In Chief : Hairuzaman. Deputy Chief Editor : Prof. Dr. KH. Sutan Nasomal Tambunan, SH, MH, LLM, P.hd.
SERANG – Harianexpose.com|
Mega proyek pembangunan gedung Hotel Grand Mercure, 18 lantai yang berlokasi di Desa Umbul Tanjung, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, nantinya akan menjadi salah satu hotel bintang lima termegah dan terbesar di wilayah Provinsi Banten. Sedangkan sebagai pelaksana proyek dikerjakan oleh kontraktor PT. Wijaya Kusuma Contraktors, Arsitektur PT. Duta Cermat Mandiri dan Pengawas PT. Anyar Resort Mitra Sejati.
Sekitar 40 orang para buruh bangunan yang beraktifitas di lokasi proyek, saat dikonfirmasi awak media, salah seorang buruh yang tidak mau disebut namanya, menyatakan, upah buruh per hari.hanya dibayar.Rp.80 ribu.
“Kecil pak upah kuli bangunan di proyek ini sehari hanya diberi upah Rp.80 ribu, Paling sisanya yang bisa dibawa ke rumah hanya Rp 30 ribu. Setiap hari yang Rp.50 ribu habis buat ngopi, makan dan rokok. Bahkan ada beberapa orang kuli bangunan yang mengundurkan diri. Pasalnya, upahnya dinilai tidak sesuai jika dibandingkan dengan kuli bangunan di rumah tangga.di kampung standar. Minimalnya antara Rp.100 ribu- hingga Rp.120 ribuan per hari. Kadang ngopi, rokok dan makan dikasih sama pemilik rumah,” bebernya, pada Minggu, 03/09/2023).
Secara terpisah Sae (40, menjelaskan, benar dirinya bersama beberapa orang temannya mengundurkan diri menjadi kuli bangunan di Proyek Hotel Grand Mercure, Alasannya lantaran pembayaran upah dari Mandor sangat kecil hanya Rp.80 ribu.per hari
“jadi, habis dipakai untuk makan, ngopi dan rokok, paling yang dibawa ke rumah Rp.30 ribu. Zaman sekarang kebutuhan sehari-hari Keluarga tahu sendiri mana cukup buat ngasih nafkah keluarga sehari hanya Rp.30 ribu untuk jajan anak saja morat-marit pak,” ujarnya.
Senada dikatakan oleh SK (45)..Menurut ia, upah kuli proyek pembangunan gedung Hotel Grand Mercure, sangat minim. Kalau saja upahnya dinaikkan minimal Rp.100 ribu per hari. Apalagi sampai Rp.120 ribu per hari. Mungkin kami akan kembali bekerja sebagai kuli bangunan di proyek hotel tersebut,” tukasnya.
Kontraktor PT. Wijaya Kusuma Contraktors, Heri Kiswanto, dan pihak Baharja Halim, selaku Owner/Pemilik Hotel Grand Mercure, ketika akan dikonfirmasi awak media, memilih bungkan dan enggan berkomentar.