Prahara di “Pohon Beringin” Cilegon

Oleh : HAIRUZAMAN
(Penulis Buku Kamus Jurnalistik Kontemporer).

Gegap gempita gelaran pesta demokrasi Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Cilegon, pada 9 Desember 2020 lalu telah usai. Bahkan, Walikota dan Wakil Walikota Cilegon terpilih, H. Helldy Agustian dan H. Sanuji Pentamarta, pada Jum’at (26/2), telah resmi dilantik menggantikan Walikota dan Wakil Walikota sebelumnya, Edi Ariyadi dan Ati Marliati.

Akan tetapi, pasca gelaran pesta demokrasi di Kota Baja itu, ternyata bagi partai Golkar masih berbuntut panjang. Pasalnya, pasangan Ati Marliati dan Sokhidin, sempat melayangkan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Namun, gugatan Ati Marliati dan Sokhidin itu akhirnya ditolak oleh MK. Sebab, gugatan itu dinilai tidak memiliki bukti-bukti dan data yang valid.

Celakanya, kekalahan kubu Ati Marliati dan Sokhidin itu tenyata menjadi kemelut yang berkepanjangan. Pasalnya, Ati Marliati, mantan Wakil Walikota  yang notabene menjabat sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kota Cilegon, itu dengan serta merta melakukan pencopotan Ketua DPRD Cilegon, Endang Efendi, secara mendadak. Pergantian Ketua DPRD Kota Cilegon, Endang Efendi dan digantikan Isro Miraj, yang yang terbilang mendadak itu menuai reaksi keras dari kubu pendukung Endang Efendi.

Pencopotan Endang dari kursi Ketua DPRD Kota Cilegon, itu dinilai sangat kental dengan nuansa politis lantaran kegagalan Partai Golkar dalam mengantarkan Ati Marliati dan Sokhidin menjadi Walikota dan Wakil Walikota Cilegon. Padahal selama ini partai berlambang pohon beringin tersebut sangat kuat dan tak pernah terkalahkan di daerah yang dijuluki “Kota Baja” itu.

Tak ayal lagi, pencopotan Endang sebagai Ketua DPRD itu membuat semakin riuh dan gaduh ditubuh partai warisan Orde Baru (Orba) tersebut. Pasalnya, baik Endamg Efendi dan Pengurus serta kader Partai Golkar di Pulo Merak beramai-ramai mengundurkan diri dari kepengurusan Golkar. Bahkan, tokoh Golkar Pulo Merak yang juga ayah dari Endang Efendi pun ikut hengkang dari Golkar.

Fenomena pengurus dan kader Partai Golkar Pulo Merak yang secara serentak mengundurkan diri dari Golkar itu dinilai sangat mempengaruhi soliditas Golkar di mata publik. Bahkan, Golkar Cilegon saat ini semakin keropos pasca Ati Marliati kalah dalam pertarungan gelaran Pilkada dari rival politiknya pasangan Helldy Agustian dan Sanuji Pentamarta yang diusung oleh PKS dan Partai Berkarya.

Dicopotnya Endang Efendi dari jabatan Ketua DPRD Kota Cilegon itu merujuk surat DPP Golkar dengan Nomor : B-527/GOLKAR/II/2021 terkait persetujuan Pergantian Antar Waktu (PAW) Pimpinan DPRD Kota Cilegon dan sesuai surat DPD Partai Golkar Kota Cilegon Nomor : 013/DPD II/GOLKAR/CLGN/ tentang PAW Pimpinan DPRD Kota Cilegon Fraksi Partai Golkar Sisa Masa Jabatan 2019-2021.

Pengurus DPD Golkar Cilegon sejauh ini mengklaim bahwa Pergantian Antar Waktu (PAW) Ketua DPRD Cilegon dari Endang Efendi kepada Isro Mi’raj itu merupakan hak partai dan sebuah hal yang biasa terjadi. Kendati demikian, Pengurus DPD Golkar Cilegon tidak menjelaskannya secara detail ihwal PAW pucuk pimpinan di lembaga legislatif Cilegon tersebut.

Menanggapi hal itu, Wakil Ketua DPD Golkar Cilegon, Sutisna Abas, kepada Pers, belum lama berselang, mengatakan, pergantian Ketua DPRD itu merupakan hak prerogatif partai Golkar dan tidak ada yang istimewa. Hal itu merupakan tindakan yang tepat untuk melakukan rotasi.

Akan tetapi, Sutisna Abas tak menampik jika ketika perhelatan Pilkada Walikota dan Wakil Walikota Cilegon, tepatnya 9 Desember 2020 lalu itu merupakan sesuatu hal yang tidak menyenangkan bagi partai Pohon Beringin

Akan tetapi, jika dilihat secara kronologis dan dicerna secara logika, apa pun dalihnya itu hanyalah merupakan suatu pengalihan isu belaka. Sebab, faktanya pencopoton Endang Efendi dari kursi Ketua DPRD berbuntut panjang. Pasalnya, pasca lengsernya Endang Efendi dari kursi Ketua DPRD Cilegon, ia pun menyatakan memgundurkan diri dari kepengurusan Partai Golkar. Parahnya lagi, keputusan hengkang dari tubuh Golkar itu diikuti pula oleh sejumlah kader Golkar lainnya.

Tak ayal, prahara ditubuh Golkar Cilegon itu pun sudah bisa ditebak. Hal ini merupakan dampak dari kekalahan Ati Marliati di bursa pemilihan Walikota Cilegon beberapa waktu lalu. Sehingga bisa ditarik “benang merah” bahwa dicopotnya Endang Efendi dari kursi “empuk” Ketua DPRD Cilegon itu lantaran imbas dari kekalahan Ati Marliati dibursa gelaran Pilwalkot Cilegon.

Jika dilihat secara futurologis, sebagai seorang pucuk pimpinan ditubuh Partai Golkar Cilegon, Ati Marliati tak pernah berpikir jauh bagaimana nasib Golkar Cilegon ke depan pasca tindakannya yang melakukan PAW terhadap salah satu kader terbaiknya itu. Padahal, sebelumnya Partai Golkar di Cilegon begitu solid dan tak terkalahkan. Namun, pasca kekalahan Ati Marliati kini Golkar Cilegon tampak semakin keropos dan tidak solid lagi seperti jauh sebelumnya.

Disisi lain, dengan terpilihnya pasangan Helldy Agustian dan Sanuji Pentamarta, itu merupakan sebuah sinyal bahwa masyarakat Cilegon menginginkan adanya perubahan kepemimpinan di Kota Cilegon. Sebab, bagaimana pun masyarakat Cilegonlah yang menentukan siapa figur Pemimpin yang akan menjadi nakhoda baru di daerah berjuluk “Kota Baja” tersebut. ***

PT. KORAN SINAR PAGI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top