Sudirman Indra, Penemu Tol Air Bisa Kurangi Banjir Jakarta

Pandeglang, Harianexpose.com:

Saat ini DKI Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia kondisinya sudah  sangat mengkhawatirkan. Pasalnya, telah terjadi penurunan permukaan tanah yang meluas hingga ke Pluit Raya, Tanjung Priok, Tongkol, Gunung Sahari di wilayah Jakarta Utara, sampai kawasan Meruya Jakarta Barat dengan rata-rata sekitar 0,25 meter.

Permasalahan Jakarta dinilai begitu komplek terkait penurunan muka tamah. Beberapa faktor pemicunya ialah bebatuan yang menopang Jakarta merupakan jenis aluvial. Hingga saat ini kompaksi atau pemadatan masih terus berlangsung. Sementara itu, gaya tektonik aktif atau struktur geologi tanah Jakarta yang masih terus bergerak. Celakanya, hal ini diperparah lagi dengan eksploitasi air tanah dari perusahaan-perusahaan swasta serta beban bangunan di atas tanah Jakarta yang semakin melebihi daya dukung.

Mulut pipa pada hulu sungai dimana terdapat filter untuk menyaring sampah agar tidak masuk ke dalam tol air dibawah sungai. (Foto : Istimewa).

Jakarta Utara merupakan wilayah yang paling rentan lantaran secara geologi dimana dalam skala ribuan tahun, tanah di kawasan itu masih berusia muda. Penurunan muka tanah di Jakarta tercatat sekitar 7 Cm per tahun. Hal ini dibenarkan oleh Peneliti Geoteknologi yang bekerja selama 60 tahun di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sopaheluwakan.

Menurut Sopaheluwakan, Kampung Apung dan Menara Syahbandar ialah salah satu potret nyata bahwa Jakarta saat ini terus terbenam. Fakta lain adalah telephone umum yang semakin pendek di Kalibaru akibat peninggian jalan, struktur jembatan yang turun di Pantai Mutiara hingga menyusutnya ruang lintas di Jalan Layang Ancol. Jakarta mempunyai tiga dari enam sindrom yakni, tekanan ruang, kerawanan banjir dan kehilangan keaneka ragaman hayati.

Penggagas Tol Air dibawah Sungai dan Pompa Air Mandiri, Sudirman Indra, mengatakan, banjir Jakarta merupakan dampak dari meningkatnya debit sungai yang melintas di ibu kota negara Indonesia tersebut. Peningkatan debit sungai itu limpahan dari rumah tangga, industri serta kiriman dari luar daerah. Pada masa kolonial Belanda telah merancang Bendung Katulampa yang rampung pada tahun 1911 dan mulai mengalirkan air ke Ciliwung. Sejak saat itu debit air sungai Ciliwung dan berbagai sungai di Jakarta mengalami peningkatan yang signifikan.

Hal itu dikatakan Sudirman Indra, ketika memaparkan dalam forum Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Komite Wartawan Reformasi Indonesia (KWRI) Provinsi Banten, di Saung Karuhun, Kp. Samoja, Desa Gunungsari, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, pada Kamis (30/12/2021). Menurut Indra, pada tahun 2007, 60 % wilayah Jakarta terendam banjir dengan ketinggian yang cukup bervariasi. Diprediksi kerugian materi pada tahun 2013 mencapai sekitar Rp.20 Triliun akibat banjir. Bukti pemerintah serius guna mengatasi persoalan banjir, Kementerian PU menjanjikan alokasi dana Rp.10 Trilun untuk mengatasi permasalahan banjir Jakarta.

Indra menguraikan, tol air dapat mengalirkan air sebesar 925 juta kubik sepanjang tahun yang dapat dimanfaatkan warga Jakarta untuk berbagai kebutuhan hidup. “Saya berharap jika tol air sudah terpasang, maka cadangan air yang tersimpan dapat langsung dimanfaatkan oleh PDAM atau penggunaan fire hydrant. Dengan cadangan air ynag terdapat pada tol air, tentunya belanja air pada DKI Jakarta dapat semakin berkurang yang saat ini membutuhkan pasokan air dari Tangerang, Banten, dan Jatiluhur,” tukasnya

Ia membeberkan, tol air ini dapat membantu menanggung beban sungai di wilayah Jakarta, ketika curah hujan tinggi maupun adanya banjir kiriman. Hal ini seperti, tol air dapat mengalirkan air 565 kubik/detik yang artinya dapat menampung sebagian besar air ketika sungai Ciliwung mengalami banjir saat debit air sungai sebesar 600 kubik/detik.

“Kita bisa menyimpan air dibawah sungai dengan melakukan injeksi air di dalam tanah. Ketika musim kemarau tiba, maka bank air bisa kita gunakan. Kita juga bisa membuat bank air di dekat sungai dengan melakukan injeksi. Bahkan, dibawah rumah juga bisa dibuat bank air,” kata Indra.

Indra menambahkan, penemuannya itu secara ilmiah telah didukung oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Bahkan, kami juga pernah mendapatkan kunjungan dari Belanda. Selain itu, penemuan tol air ini juga pernah dipresentasikan dihadapan Gubernur DKI Jakarta sebagai salah satu solusi untuk mengurangi bencana banjir. (Hrz/Red).

PT. KORAN SINAR PAGI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top