Masyarakat kini tidak bisa bebas keluar masuk pintu di area perusahaan tambang emas PT. Cibaliung Sumbet Daya. (Foto : Endang)
Reportase : Endang / Ahmadin – Editor In Chief : Hairuzaman
Pandeglang, Harianexpose.com –
Saat ini warga yang bermukim di sekitar area perusahaan tambang emas yang berlokasi di Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, merasa mengeluh. Pasalnya, warga merasa kesulitan untuk keluar masuk menuju kebun milik mereka pasca pihak perusahaan tambang emas PT. Cibaliung Sumber Daya, memperketat akses jalan yang biasa dilalui oleh masyarakat.
Berdasarkan keterangan sejumlah warga Desa Mangkualam dan Desa Padasuka, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandsglang, Banten, menyebutkan, hampir sama warga mengeluhkan soal akses jalan menuju arah kebun atau sawahnya miliknya, “Pasalnya, pihak perusahaan tambang emas salah satu anak perusahaan PT. Antam TBK, yakni PT. Cibaliung Sumber Daya yang kini memproduksi tambang emas terhenti.m, saat ini masuk pada pasca tambang. Kepedulian terhadap lingkungan sekitr menjadi menyusut,” kata Sofian, warga Citelukmulud, Desa Mangkualam,
Sofian yang sempat minta izin Security PT. Cibaliung Sumber Daya guna mengeluarkan kayunya yang akan dimuat ke kendaraan dekat TSF. Celakanya, izin melintas untuk membawa kayunya ditolak dan akhirnya tidak bisa keluar jalan tersebut. Hal itu dituturkan Sofian menirukan keterangan Security PT. Cibaliung Sumber Daya. Akhirnya Sofian pun baru bisa keluar dan harus memutar balik ke pintu Pos Security di 800.
Jembatan Cikoneng hasil gotong-royong akses menuju sawah atau kebun warga milik warga yang rawan licin ketika musim penghujan. (Foto : Endang).
Sementara itu, masyarakat Kp. Citeluk, Desa Padasuka, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, dengan kondisi akses jalan yang tertutup seperti itu, mereka bergotong-royong mengerjakan jalur jalan Cikoneng di luar dari area tambang emas tersebut.
“Sejumlah warga setelah bergotong-royong, mengharapkan kepada manajemen PT. CSD dapat membantu habim bekas yang tidak terpakai yang ada di dalam perusahaan guna pembuatan jembatan pada akses yang dikerjakan secara gotong-royong oleh masyarakat. Kini hanya menggunakan kayu dan papan untuk beberapa jembatan, kata Sa’i, pada Kamis (8/9).
Lain lagi halnya yang diungkapkan Karto (48). Ia mengaku tidak akan lama lagi melakukan panen di sawah yang digarapnya. pihaknya pasti akan melintasi jalur jalan Cikoneng yang dikerjakan perbaikannya secara gotong-royong oleh warga belum lama ini,
Karto menjelaskan, diharapkan kepada pihak perusahaan dapat membantu batu wes atau batu lainnya guna memperkeras jalan tersebut. Sebab, jika akses jalan seperti biasa dilalui ditutup oleh perusahaan, baik jembatan maupun jalan untuk lebih serius lagi terkait kepeduliannya terhadap warga sekitar.
“Kami sebagai warga tidak ingin lebih, dengan diperhatikan jalan akses menuju sawah maupun kebun warga saja sudah cukup. Pasalnya, dengan bisa dilalui oleh kendaraan roda dua, maka yang penting jalan tidak banyak kendala kendati musim penghujan tiba seperti sekarang ini. Jika dengan kondisi jalan tanah seperti sekarang, makq akan sangat menyulitkan warga.
“Dengan membawa kendaraan roda dua melalui turunan yang lumayan terjal dan licin dibawah masuk jembatan harus membelok. Jembatan yang hanya dengan papan kayu jelas licin. Sebelumnya saga pernah jatuh nyungsep dengan sepeda motornya ke bawah jembatan,” tutur Karto.
Kepala Desa Padasuka, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, H. Sara, ketika dihubungi di Pasar Padali, Desa setempat Kais (8/9), memgyngkapkan, bantuan dari perusahaan terkait akses jalan masyarakat lewat Cikoneng. Bantuan dari perusahaan menurutnya hingga sekarang belum ada.
General Manager (GM) PT. CSD, Sayogo Tri Yuliarto, ketika dihubungi di ruang kerjanya, pada (6/9), menjelaskan, pihak perusahaan memperketat akses jalan sebagai bentuk memperketat penjagaan asset milik perusahaan. Sebab asset-asset yang ada di dalam perusahaan tersebut tercatat di induk perusahaan PT. Antam TBK.
Selain itu, lanjut Sayogo, PT. CSD yang kini sudah masuk pada pasca tambang terkait kepedulian sosial terhadap lingkungan berbeda dengan ketika perusahaan sedang masa produksi. Terkait jalan Cikoneng akses jalan masyarakat menuju sawah atau kebunnya.
Menurut ia, pihak perusahaan hanya membantu materialnya saja. Sedangkan pengerjaannya oleh masyarakat. Memang awalnya kita akan gunakan besi cuma kita ubah. Karena besi-besi yang ada termasuk asset perusahaan.i
“Jika sudah masuk asset perusahaan, makanya sulit untuk memindahkan. Karena assetnya sudah masuk PT. Antam dan urusannya dengan manajemen PT. Antam. Karena itu, kita belum ada upropel atau persetujuan dari PT. Antam untuk mempercepat kita gunakan material kayu,” ujar Sayogo.
Ia mengharapkan, akses jalan maupun jembatan Cikoneng yang menggunakan warga pemeliharaannya oleh warga juga. Sebab, pihak perusahaan tidak menggunakan jalan tersebut.