Oleh : Hairuzaman.
(Ketua DPD PJID Provinsi Banten dan Wakil Pemimpin Redaksi Tabloid Visual Jakarta)..
Kementerian Kesehatan RI menggelontorkan dana segar untuk penanganan Stunting dan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) pada tahun 2020 sebesar Rp.132 Trilun. Jumlah itu terbilang cukup kecil apabila dibandingkan dengan anggaran yang dikucurkan untuk penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) sebesar Rp.1.000 Triliun. Angka tersebut sebelumnya hanya sekitar Rp.600 Triliun. Namun, ternyata angkanya menjadi kian membengkak.
Pada tahun 2021 lantaran Indonesia tengah di dera kasus Covid-19, tak ayal, sehingga pemerintah harus fokus untuk menangani wabah penyakit tersebut. Bahkan, Kemenkes RI mengklaim bahwa pada tahun 2021, angka stunting mengalami penurunan hingga 24,4 persen.
Hal itu sesuai dengan hasil Study Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2021. Berdasarkan hasil study itu menyebutkan bahwa angka masalah gizi kronis atau stunting 2921 turun 3,3 persen dari data tahun 2019.
Namun, pasca pandemi Covid-19, Kemenkes RI kembali gencar mengkampanyekan stunting dan ODGJ. Tak pelak lagi, pada tahun 2022 ini menyedot amggaran hingga mencapai Rp.44,8 Triliun.
Saat ini pemerintah tengah gencar-gencarnya menangani kasus stunting atau gizi buruk dan ODGJ. Bahkan, penanganan kasus stunting itu melibatkan semua OPD dan semua elemen masyarakat. Pemerintah juga tengah gencar menggelar sosialisasi stunting dan ODGJ. Mulai dari Pemerntah Pusat, Provinsi hingga Kabupaten/Kota Se-Indonesia. Alih-alih hanya sebatas teori di atas kertas belaka. Namun, anggaran yang diserap terbilang tidak kecil.
Padahal saat ini kondisi perekonomian rakyat masih belum pulih usai di dera pandemi Covid-19. Belum lagi, saat ini rakyat dibebani dengan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Kendati banyak penolakan terhadap kenaikan harga BBM itu, namun pemerintah seolah tak bergeming. Boleh jadi saat ini tengah asyik mengutak-atik anggaran penanganan kasus stunting dan ODGJ yang tak jelas arah dan tujuannya. Pasalnya, kasus stunting mungkin bisa dihitung dengan jari tangan. Pemerintah pun masih belum menunjukkan data yang valid terkait kasus stunting tersebut. **