Pedang Putih, Simbol Pencerahan Umat

Oleh : Hamdan Suhaemi.

(Wakil Ketua PW GP Ansor Banten
Ketua PW Rijalul Ansor Banten,
Sekretaris Komisi HAUB MUI Banten dan
Idaroh Wustho Jatman Banten).

Dakwah tidak selalu dengan ceramah ( al-qoul ) atau orasi, tapi bisa dengan sikap dan tingkah ( al-hal ). Keduanya penting diperankan untuk kemudian mengajak umat ke jalan yang lurus dan diridloi Tuhan. Kewajiban kita hanya menyeru atau mengajak, tapi bukan hak kita menentukan hidayah (petunjuk ilahiyat). Sebab itu kewenangan Allah SWT, Tuhan semesta raya.

Namun, di sisi yang lain dakwah juga bisa diperankan dengan cara menulis, atau mencatat soal-soal ajakan kebaikan dan kebenaran. Kapasitas kita tidak memiliki kebenaran mutlak, hanya saja kebenaran yang diperjuangkan itu tetap tercahayani ilmu. Ilmu tidak akan memihak, dan akan bersanding bersama kebenaran. Karena kebenaran punya jalannya sendiri. Jalan kebenaran.

Untuk selalu tercerahkan alam pikiran ini dengan ilmu dan kebijaksanaan, maka perlu memilki niat bersih, seperti warna putih. Sebab cahaya kebenaran akan selalu tersimpan dalam hati yang bersih. Cara untuk menyandingkan antara ilmu dan kebenaran, maka perlu jalan pedang dan pedang itu adalah “pedang putih”.

Pedang putih diistilahkan ulang oleh Hadrotusyaikh KH Hasyim Asy’ari, sebagai jihad pencerahan ilmu dan agama dengan niat bersih dan ikhlas. Kita bisa teliti bahwa istilah pedang dikaitkan dengan kesungguhan menyampaikan ilmu dan ajaran agama Islam, maka istilah putih itu berarti bersih dan ikhlas. Dalam hal ini Ibnu Sirin telah mengistilahkan pedang sebagai berikut :

وقال ابن سيرين: قد ظننت أنه الذي تجرد في الدين فإن المسجد يدل على الدين، وإن السيف يدل على اللسان، وإن الصخرة تدل على قلب المنافق وفلقه ذلك كلامه المستقيم الذي يحصل به تأثير في قلوب المنافقين

Ibnu Sirin telah berasumsi bahwa lurusnya dalam beragama maka sesungguhnya masjid menujukan agama, sedangkan pedang dimaksud adalah lisan. dan batu menunjukan hati orang munafik. Sementara yang memecah batu itu adalah kata-kata yang lurus yang membuahkan sisa petunjuk di dalam hati orang-orang munafik.

Dalam hal pencerahan, tidak ada tujuan lain dan tidak ada niat lain selain keikhlasan. Ujungnya membedah kesulitan persoalan hidup, kilatan putihnya adalah cahaya ilmu, dan tajamnya menebas kesukaran dan kungkungan kebodohan.

Berdiri tegak, bergerak maju, kekar dalam prinsip dan lurus dalam tujuan. Maka kita ambil sikap dengan itu untuk kemaslahatan umat manusia.

PT. KORAN SINAR PAGI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top