Gelisah Burung Condor

Oleh : Hamdan Suhaemi

(Pengurus MUI Provinsi Banten)

Mereka gunakan agama sebagai alat kepentingan untuk menipu, isu politik dijadikan gorengan pedas. Melecehkan yang bukan kelompoknya adalah jihad, mengkafirkan orang-orang yang sudah muslim yang tak sejalan dengan garis politik mereka anggap komunis, antek China.

Puncaknya mereka anggap yang tidak sama kostumnya belum hijrah. Tidak berjenggot sama dengan inkar Sunnah. Semua amaliah di muslim Nusantara adalah bid’ah dan sesat. Kiai-kiai yang alim, mereka bilang kiai sesat dan penjilat, karena mendukung pemerintah.

Yang lantang berdakwah yang baik, mereka bungkam dengan membullinya seolah mereka yang paling benar dan suci.

Hoax adalah cara mereka untuk mengacaukan stabilitas negara, hari tanpa hoax seperti laut tanpa garam. Sampaikan hoax  kendati satu meme, hadiahnya yang dipercaya mereka adalah 72 bidadari (entah bidadari pulau komodo).

Adab dan ilmu, dijauhkan demi menguasai opini. Demi menguasai medsos. Mereka kasar dan sadis bicara atau berkomentar. Sebab, mereka menganggapnya sebagai jihad Akbar, dengan lantang teriak takbir. Siapa yang tak pekik takbir, maka mereka anggap sebagai antek PKI, munafik, dan laknatulloh.

Semburan akun-akun palsu bertebaran di sudut-sudut android anak-anak Milenial. Ketika ditanya sifat 20 mereka jawabnya tri-tauhid. Sementara yang waras, berakal, baligh dan muslim lebih nyaman, lebih tentram, lebih santai untuk diam sekaligus mendiamkan.

Ketika melirik tetangga, amaliah agamanya sudah berbeda. Qunut ditinggalkan. Sebab, tidak ada dalilnya, perayaan maulud sang Nabi pun sepi dari panjang atau gerebeg mulud. Karena dianggap bidah dan sesat tidak ada dalilnya. Namun, sedihnya kita diam dalam kenyamanan, tidur indah bersama keluarga, enak makan tinggal pilih menu. Lihat saja 5 tahun yang akan datang. Lalu tanggungjawab siapa jika kesesatan dibungkus seolah kebenaran.

Tahlil, mereka bilangnya adalah adat Hindu. Lalu dengan enak bilang Islam rasa Hindu. Lalu marah-marah mengaitkan Arab Saudi (Mekkah dan Madinah). Mereka ini mengertinya Kadrun itu Arab. Padahal kita sebut mereka Kadrun, karena agama jadi alat pemuas nafsu. Nafsu sex seperti di Puncak. Kemudian, karena merasa paling agamis ketika cukup pekik takbir, berjubah dan bersorban. Mereka ancam jika tidak biasa takbir, disebut kaum munafiq, antek Cino.

Tipikal reaksioner Islam Bukan asli Arab tapi sok ngarab, tidak membela Islam, tapi merusak Islam. Yang dicari harim, selangkangan, dan bohir.

Kita bertanya, mereka ini siapa ?
Mereka inilah biang kegaduhan di negeri ini, Mereka inilah pasukan Dajjal, membawa dalil, namun sambil mengkafirkan muslim yang dalilnya berbeda.

Membohong bagi mereka adalah taktik, prinsipnya tidak malu. Targetnya adalah kerusakan tatanan bangsa. Tujuannya cuci otak. 5 tahun ke depan. Kita mungkin melihat bangsa ini sudah ganti pakaian gamis, sorban, dan jenggot panjang celana cingkrang.

Lalu, hai kalian kaum muda republikan haruskah berdiam diri. Haruskah tawadlu’ tapi pantatmu kentut, terus masihkah rela bahwa paham agama tengah diacak-acak mereka. Diam kalian untuk apa ? Hemat pulsa tapi dilihat status aktif dan cenderung melankolis.

PT. KORAN SINAR PAGI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top