Oleh : Hamdan Suhaemi
(Wakil Ketua PW GP Ansor Banten
dan Ketua PW Rijalul Ansor Banten)
Belum begitu lama saya mengenal tokoh ulama ini, baru dua tahun belakangan sejak terpilihnya sebagai Rois Syuriah PCNU Kabupaten Serang akhir tahun 2021 yang lalu, hasil Konfercab PC NU yang digelar di Kota Serang. Maka saya memanggil beliau dengan Abah Rois, panggilan hormat untuknya sebagai ta’dhim dan takriman.
Abah Rois ini sebenarnya masih cukup muda, baru berusia 49 tahun, usia yang masih banyak menyimpan energi dan tenaga yang kuat dalam harokahnya di Nahdlatul Ulama, hidmatnya pada umat, takhassusnya membina santri di pesantrennya yang terletak di Kecamatan Tunjung Teja, Kabupaten Serang, Banten.
Riwayat Kelahiran
Tubagus Khudori lahir di Malanggah, pada 12 Juli 1974 dari ayah KH. TB. Yusuf dan ibu Hj. Yunengsih. Masa kecilnya dihabiskan di Malanggah, jauh sebelum berkelana menuntut ilmu agama di beberapa pesantren di wilayah Banten dan di wilayah Pasundan Jawa Barat.
Khudori kecil dididik ayahnya langsung terutama mengaji Al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu agama Islam, hingga ketika mulai beranjak dewasa pemahaman atas dasar-dasar agama sudah cukup matang.
Nasab
Tubagus Khudori ini seorang bangsawan atau menak, leluhurnya adalah Tubagus Jamil bin Sultan Abul Mahasin, Bupati Kabupaten Lebak yang pertama berkedudukan di Cilangkahan. Kalau dulu istilahnya adalah kadipaten, karena Banten adalah sebuah negara dengan bentuknya kesultanan.
Adapun silsilah nasabnya adalah sebagai berikut, diambil dari catatan keturunan KH. TB. Yusuf.
– Tubagus Khudori, bin
– KH. TB. Yusuf, bin
– KH. TB. Yunus, bin
– TB. Sulaiman, bin
– TB. Tajum, bin
– TB. Abdul Qosim, bin
– TB. Abdul Halim, bin
– TB. Jamil, bin
– Sultan Abul Mahasin, bin
– Sultan Abu Nashr Abdul Qohar, bin
– Sultan Ageng Tirtayasa, bin
– Sultan Abul Mahali Mahmud, bin
– Sultan Abul Mafakhir Abdul Qodir Kenari, bin
– Maulana Muhammad (Ratu ing Banten), bin
– Maulana Yusuf (Panembahan Pekalangan Gede), bin
– Maulana Hasanuddin (Panembahan Surosowan), bin
– Syaikh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati Cirebon).
Rihlah ilmiah
Saat aqil baligh Tubagus Khudori remaja menuntut ilmu di pesantren yang diasuh oleh KH. Abbas Ali di Desa Pejaten, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang. Kemudian diteruskan ngaji di pesantren Waru Doyong, Sukabumi, Jawa Barat dibawah asuhan Aang Badru (KH. Badru Shofiullah), takhassus ilmu alat.
Kemudian Tubagus Khudori muda meneruskan pengembaraannya menuntut ilmu ke Ajengan KH. Kholil di Pesantren Ciapus, Bogor, Jawa Barat. Beberapa tahun di Ciapus, lalu dilanjutkan di pesantren Cibaregbeg, Cianjur, dibawah bimbingan KH. TB. Abdul Qodir.
Sebelum menuntut ilmu di Makkah, Khudori muda menuntut ilmu di Pesantren Tenjo masih daerah Bogor, dibawah asuhan Ajengan KH. Arsyudin. Setelah beberapa tahun di Tenjo, Tubagus Khudori berangkat ke Mekkah untuk memperdalam ilmu agama dibawah bimbingan Syaikh Muhammad Ali al-Yamani.
Harokah dan Pengabdian
KH. TB. Khudori Yusuf, figur ulama muda yang tabahhur ilmunya, gaya hidupnya yang sederhana, kata-katanya lugas dan tegas, dan sesekali humor layaknya kiai NU umumnya.
Sebagai Rois Syuriah, kiai ini luwes dan nyambung ketika berbicara dengan siapapun. Ia tidak sama sekali membeda-bedakan lawan bicaranya atau tamu yang datang dan karakter egaliter tampak begitu terlihat.
Selain kesibukannya di pesantren Jamiatul Ikhwan yang beliau asuh, KH. TB. Khudori juga beraktivitas di MUI Kabupaten Serang, sebagai ketua beliau mencurahkan pemikirannya demi umat.
Penutup
Mengenal KH. TB. Khudori Yusuf seperti mengenalinya sebagai orang tua saya, yang di saat-saat tertentu menasihati, memberi masukan sekaligus arahan, layaknya ayah kepada anaknya. KH. TB. Khudori Yusuf figur kiai yang alim, soleh, tampan, baik hati, dermawan dan sederhana.