Oleh : HAIRUZAMAN.
(Penulis Buku dan Praktisi Pers)
Wartawan di era digital ini dituntut untuk bekerja secara cepat, aktual dan akurat. Pasalnya, ketika seorang wartawan melakukan tugas reportase di lapangan, maka saat itu pula ia bisa langsung merakit berita dan menayangkannya. Hal ini berbanding terbalik dengan media cetak harian. Karena surat kabar harian akan menayangkan berita keesokan harinya.
Kendati demikian, keunggulan media online itu kerapkali tidak dimanfaatkan oleh para wartawan. Mereka terkadang lambat untuk membuat suatu berita. Tak ayal, sehingga beritanya tergolong sudah basi dan tidak aktual lagi. Padahal, masyarakat pembaca sangat membutuhkan informasi yang cepat, akurat dan aktual tersebut.
Uniknya, saat ini tak sedikit wartawan yang hanya sibuk berkeliling keluar masuk kantor dinas/BUMN/instansi pemerintah. Celakanya, mereka tak pernah menulis berita. Padahal profesi wartawan itu mencari dan menulis berita. Bukan berkeliling hanya untuk mencari “cuan” dari hasil reportase. Sebab, profesi wartawan itu ada sisi idealisme yang harus dijalankan. Jika mau kaya, maka harus menjadi pengusaha dan harus memutuskan untuk meninggalkan profesi wartawan.
Ada pula wartawan yang rajin melakukan reportase dan sibuk mewawancarai nara sumber. Wartawan tipe seperti ini biasanya sibuk bertanya soal tetek-bengek. Namun, bukan untuk membuat sebuah berita. Karena rekaman tersebut kemudian dihapus dan beritanya tak pernah muncul.
Tentu saja perilaku negatif seperti itu harus segera ditinggalkan. Sebab, hanya akan merusak citra dan profesi wartawan. Padahal bagi wartawan pemula, agar tulisannya bagus harus sering berlatih. Wartawan pemula harus lebih aktif dan produktif untuk menulis suatu berita. Bukan rajin berkeliling persis tukang kredit atau bank keliling.
Wartawan senior yang sukses sebelumnya mengalami jatuh bangun. Mereka juga memulainya dengan tertatih-tatih dan tidak langsung menjadi terkenal. Sebut saja seperti, H. Rosihan Anwar, Goenawan Mohamad, Oka Rusmini, Dahlan Iskan, Putu Wijaya, dan wartawan terkenal lainnya
Jadi, stigma negatif wartawan Muncul Tanpa Berita (Muntaber) atau wartawan bodrex itu harus segera ditanggalkan. Karena perilaku tersebut hanya akan merugikan dan sekaligus merusak profesi wartawan. Karena itu, api idealisme harus tetap ditegakkan agar profesi wartawan sesuai dengan fungsinya sebagai sarana hiburan, informasi, kontrol sosial dan pendidikan. **