Reportase : Nanang Sumantri. Editor In Chief : Hairuzaman. Deputy Chief Editor : Prof. Dr. KH. Sutan Nasomal Tambunan, SH, MH, LLM, P.hD.
Tiga perusahaan besar, yakni PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dan PT Danareksa berminat untuk mengakuisisi aset PT PP Tbk (PTPP) senilai Rp 862 miliar. Ketiganya saat ini dalam tahap negosiasi dengan emiten BUMN Karya tersebut untuk penjualan aset yang masuk dalam program divestasi PTPP di tahun ini.
“Proses divestasi sudah memasuki tahap negosiasi dengan para calon pembeli, baik yang berasal dari sesama perusahaan BUMN maupun swasta nasional. Karena bagaimanapun, kami ingin menghasilkan keuntungan dari divestasi tersebut,” kata Sekretaris Perusahaan PTPP Bakhtiyar Efendi kepada Investor Daily, baru-baru ini.
Dia menyebut, beberapa perusahaan yang terlibat negosiasi di antaranya Krakatau Steel, Chandra Asri, dan Danareksa. Bersama ketiganya, perseroan sedang bernegosiasi terkait divestasi di anak usaha, yakni PT PP Krakatau Tirta (PPKT).
PPKT merupakan perusahaan bernilai Rp 862,6 miliar yang mengoperasikan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) berkapasitas 1.000 liter per detik melalui skema bangun-guna-serah dengan PDAM Giri Tirta Kabupaten Gresik.
Merujuk pada laporan keuangan konsolidasian per 30 Juni 2023, PTPP mengendalikan 75% saham PPKT, dan 25% saham sisanya dipegang KRAS melalui anak usahanya, PT Krakatau Tirta Industri (KTI). KRAS merupakan pemegang saham mayoritas KTI dengan porsi 51% ,dan 49% saham dipegang Chandra Asri.
“Danareksa mengincar aset SPAM yang di Gresik. Chandra Asri juga mengincar aset di air itu. Semuanya masih proses. Kami targetkan tahun ini selesai. Kebanyakan, semuanya memang masih dalam proses negosiasi. Setelah itu penawaran final, habis itu langsung finalisasi,” beber Efendi.
Baik Krakatau Steel maupun Chandra Asri enggan memberikan penjelasan lebih lengkap saat Investor Daily mencoba mengonfirmasi. “Mohon waktu untuk menanggapi,” ucap Sekretaris Perusahaan Krakatau Steel Mohammad Tantra Maulana singkat kepada Investor Daily, baru-baru ini.
Sementara itu PTPP menargetkan untuk melakukan divestasi total senilai Rp 1,4 triliun hingga akhir tahun ini, yang berasal dari saham dan aset anak-anak usaha seperti PT PP Properti Tbk (PPRO) dan PT PP Presisi Tbk (PPRE). Target tersebut, kata Efendi, nantinya dicatatkan sebagai laba bersih perseroan pada tahun ini.
Adapun aset-aset yang berencana dilepas meliputi aset energi, air, properti, dan alat-alat berat milik PP Presisi. “Kami ingin mengurangi bisnis yang agak jauh dengan kompetensi kami. Sebab, kalau terlalu banyak bisnis, akan membuat perusahaan semakin berat dan kompetensinya semakin jauh dengan nature-nya,” ujar Efendi.
Pada kesempatan yang berbeda, Direktur Strategi Korporasi dan HCM Sinur Linda Gustina Manurung menyebut, salah satu anak usaha yang sudah rampung didivestasi adalah PT Sinergi Investasi Properti (SIP). “Sinergi Investasi Properti dengan BPJS Ketenagakerjaan sudah kita selesaikan divestasinya,” ucap Linda kepada Investor Daily, baru-baru ini.
Di perusahaan yang bergerak di sektor jasa, konstruksi, dan perdagangan umum tersebut, PTPP hanya memegang kepemilikan sebanyak 20% atau setara Rp 99,8 miliar. Namun, PTPP bersepakat melepas SIP kepada BPJS Ketenagakerjaan dengan total nilai transaksi mencapai Rp 105,93 miliar.
Perihal aset-aset lainnya seperti di sektor infrastruktur dan energi, Linda mengatakan, semuanya masih dalam proses. “Jadi, yang saya bisa janjikan kita masih dalam proses. Intinya, beprogreslah sampai akhir tahun ini. Soalnya, divestasi itukan lebih susah daripada investasi,” imbuh Linda.
Secara terpisah, analis teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana merekomendasikan buy on weakness (bow) saham PTPP dengan support di posisi Rp 615 dan resistance di level Rp 795.
Didit memperkirakan, koreksi yang terjadi pada saham PTPP merupakan bagian dari fase downtrend dalam jangka pendeknya, sehingga dapat dicermati dari sisi volume yang masih cenderung kecil meskipun didominasi volume penjualan.
“Kami perkirakan, PTPP masih akan melanjutkan koreksinya, apabila dicermati dari pergerakan MACD yang cenderung melandai dan Stochastic yang mulai menyempit dan menunjukkan tanda deadcross,” tutup Didit kepada Investor Daily, Minggu (17/9/2023