Menyoal Migrasi Media Massa Cetak ke Media Online

0

Oleh : HAIRUZAMAN

(Editor In Chief Harianexpose.com)

BELAKANGAN ini masyarakat pembaca secara perlahan mulai meninggalkan media massa cetak (koran, tabloid dan majalah). Selain media massa cetak dinilai oleh masyarakat pembaca kurang update terkait berita suatu peristiwa tertentu, juga biayanya terbilang lebih tinggi ketimbang media sosial. Fenomena itulah yang melatar belakangi masyarakat beralih dari sebagai pembaca media massa cetak (koran, tabloid dan majalah) ke media sosial (baca : Media Online, Akun Twiter, Facebook, dll).

Perkembangan teknologi yang tak terkendali sekarang ini nyaris tak ada ruang untuk membendung derasnya arus informasi melalui jejaring sosial (termasuk konten negatif) yang berseliweran. Pasalnya, saat ini masyarakat secara mudah bisa mengakses berbagai berita dan informasi terkini dengan berselancar di dunia maya.

Celakanya, perkembangan teknologi media sosial itu ternyata bisa berdampak buruk bagi masyarakat. Karena itu, masyarakat pembaca harus bisa mem-filter, melakukan analisis dan memilah, mana saja berita atau informasi yang dinilai positif dan mana pula berita dan informasi yang termasuk kriteria berita sampah atau tak layak untuk dikonsumsi oleh publik pembaca.

Untuk menggunakan media sosial secara bijak, maka diperlukan lautan pengetahuan dan wawasan yang luas bagi para penggunanya. Sehingga pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh media sosial itu tidak “meracuni” dan berimbas buruk pada psikologis penggunanya yang berbeda latar belakang pendidikan, status sosial dan perbedaan yang lainnya.

Sebegitu dahsyatnya dampak dari media sosial bagi para penggunanya. Sehingga dapat mempengaruhi sikap dan perilaku (Attitude) serta moral seseorang. Tak jaramg, banyak para pengguna media soaial memjadi korban dampak buruk media sosial lantaran tidak mempunyai pengetahuan dan cakrawala berpikir yang luas dalam memberikan feedback (Umpan balik). Sehingga tak ayal lagi, media sosial pun akhirnya bisa menjadi “racun” bagi kehodupan para penggunanya.

Stigma negatif terhadap media sosial itu merupakan imbas dari kemajuan teknologi dewasa ini. Kendati banyak segi positifnya bagi kebutuhan para penggunanya, akan tetapi masih banyak masyarakat yang belum bisa mengelolanya secara bijak. Sehingga diharapkan tidak merugikan bagi masyarakat penggunanya.

Dampak yang paling terasa dengan adanya perkembangan teknologi di era digital sekarang ini melalui media sosial terutama bagi industri media cetak nasional. Tercatat sampai saat ini sudah ratusan, bahkan ribuan industri media massa cetak yang memgalami gulung tikar. Hal itu lantaran ditinggalkan oleh publik pembacanya. Sebut saja seperti HU Suara Pembaruan, Male Magazine, Tabloid Bola dan masih banyak lagi yang telah tutup dan migrasi ke Media Online yang saat ini tengah digandrungi oleh publik pembaca.

Kompas Group, sebagai rajanya media cetak di Indonesia, ternyata tak mampu menangkal derasnya migrasi tersebut. Sehingga Kompas Group pun menutup beberapa usaha media cetaknya dan migrasi ke Media Online. Kendati ada pula beberapa media cetak milik Kompas Group yang terlambat untuk melakukan migrasi ke Media Online.

Hal itu sebagai ilustrasi perkembangan media massa cetak nasional yang tidak menggembirakan lantaran ditinggalkan publik pembacanya. Bagi kalangan industri pers masional, situasi itu dinilai sangat merugikan. Kendati akhirnya kalangan industri pers nasional harus melakukan migrasi ke Media Online agar tidak tergerus oleh gegap-gempitanya media sosial yang lebih mudah, praktis dan biaya yang lebih ringan.

Selain dampak negatif, ada dampak positif bagi publik pembaca Media Sosial yakni bisa mengakses semua media massa, baik cetak maupun Media Online melalui jejaring sosial dengan mudah dan biaya yang ringan.

Sebagai konklusi dari tulisan ini ialah bahwa masyarakat harus bijak dalam menggunakan media sosial agar tidak menjadi korban dari dampak negatif yang ditimbulkan. Selain harus mempunyai pengetahuan, diharapkan pula mampu memganalisis suatu masalah yang terkait dengan berita maupun informasi tertentu. Sebab, tidak semua informasi itu harus dikonsumsi oleh publik pembaca. Sehingga para pembaca harus cerdas dan mampu memilih dan memilah informasi yang dibutuhkan.*)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *