Pengantar Redaksi.
Cerita misteri kali ini lebih menarik dan menyeramkan lagi. Pasalnya, terlalu terlena dalam pelukan arwah yang penasaran. Redaktur Harianexpose.com, Sudana Sukanta, menyajikan cerita misteri ini secara bersambung. Berikut ini petikannya
KOTA SERANG, Harianexpose.com
“Kalau Mas Arman ingin pulang, saya juga mau,* jawabnya seolah tahu pikiranku.
“Kalau begitu, mari saya antar,” timpalku. “Oh ya, alamat dik Yanti dimana,” tanyaku..
“Tidak jauh dari sini kak,” jawabnya singkat.
Akhirnya, kami pun pulang bersama dengan berboncengan, Setelah kurang lebih sepuluh menit di perjalanan, tiba tiba Aryanti memerintahkan berhenti. “Stop, sudah sampai Kak,” cetusnya.
Tepat di depan sebuah rumah yang megah, sepeda motor kumatikan.
“Ini rumah saya, mari silahkan masuk,” ajaknya setelah kami sama sama turun.
Dengan sikap ragu aku mengikuti nya. “Silahkan duduk, saya ke dalam sebentar,” katanya setelah kami berada di ruang tamu.
“Terima kasih,” sahutku sembari duduk dikursi jok panjang yang menghadap ke ruang dalam.
Menyaksikan isi rumahnya memberi kesan bahwa Aryanti bukan anak sembarangan. Kamar tamunya dilengkapi kursi produk mutakhir, Disudut ruangan terletak aquarium ikan hias beraneka warna, Sedang di tengah ruangan tergantung lampu kristal klasik yang jarang dimiliki orang kaya masa kini.
Sementara, di dinding tengah tergantung jam antik berukir. Hanya saja, di dalam rumah ini suasananya agak sepi dan tidak terdengar suara orang. “Apakah Aryanti tinggal sendirian di rumah yang cukup besar,” hatiku bertanya tanya.
“Mari silahkan minum Kak,” serunya setelah meletakkan minuman di hadapanku .Kemudian duduk di sisiku tampa rasa segan dan malu dan hanya aku yang merasa risih.
“Tampaknya sepi-sepi saja, mana keluarga dik Yanti lain,” tanyaku kaku. “Orang tua saya sudah lama meninggal,” Jawabnya.
“Jadi dik Yanti tinggal sendirian,” kataku. “Oh, tidak saya ditemani pembantu, tapi kebetulan tadi siang dia pulang untuk mengantar keberangkatan Ibunya ke Surabaya,” kilahnya.
“Apakah nanti dia kembali.
Katanya walaupun terlambat dia pulang juga. Kalau pembantu itu tidak pulang malam ini bagaimana,” kejarku..
“Terpaksa Kakak yang menemaniku,” jawabnya lalu menggeser duduknya mendekatiku sehingga kami jadi berhimpitan, Aku menjadi serba salah akibat tingkahnya yang pasti naluri kelaki-lakianku bangkit. Apalagi aroma tubuhnya yang harum membuat detak jantungku tak beraturan.
“Maukah Kakak menemani aku tidur malam nanti,” bujuknya dengan tingkah manja.
Sebentar kemudian Aryanti keluar dari ruang dalam sambil membawa minuman, Namun, aku terperangah menyaksikan penampilannya telah berubah. Kalau tadi ia berpakaian sangat sopan berjilbab, tapi kali ini hanya mengenakan gaun tipis pendek bertelanjang dada yang transparan tampa BH dan hanya pakaian dalam yang sangat minim. Sehingga jelas kelihatan bukit larangannya yang menantang dan lekuk lekuk tubuhnya yang padat menggairahkan.