Oleh : HAIRUZAMAN.
(Penulis ialah seorang Praktisi Pers dan Penulis Buku)
Sepanjang tahun 2014 silam tercatat sebanyak 60 wartawan peliput perang tewas secara mengenaskan saat menjalankan tugas jurnalistik. Setidaknya dari jumlah tersebut sekitar 44 persen wartawan menjadi target pembunuhan yang terus mengintai. Menurut data Komite Perlindungan Wartawan (CPJ), sebuah organisasi yang berbasis di New York, Amerika Serikat, menyebutkan, tercatat sekitar 25 persen yang terbunuh ialah wartawan (desk) internasional.
CPJ menyebut angka tersebut dinilai sangat luar biasa. Pasalnya, sekarang ini jumlah wartawan yang mendapatkan ancaman lebih rentan bagi wartawan yang bertugas di dalam negeri masing-masing. Contoh kasus wartawan yang tewas ketika melaksanakan tugas jurnalistik pada tahun ini ialah Anja Niedringhaus, seorang fotografer Assosiated Press, yang tewas ditembak saat meliput Pemilu di Afganiftan.
Menurut CPJ, jumlah tewasnya wartawan saat bertugas peliputan pada tahun 2014 silam itu memang semakin berkurang jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencatatkan angka sekitar 70 orang wartawan tewas. Kendati demikian, CPJ menekankan bahwa selama tiga tahun terakhir merupakan tahun-tahun paling mematikan bagi profesi wartawan sejak CPJ aktif mengumpulkan data sejak tahun 1992.
Peristiwa terjadinya konflik di Suriah, di perbatasan timur Ukraina menyebabkan lima orang wartawan dan dua orang pekerja media tewas secara mengenaskan. Peristiwa tragis yang menimpa wartawan peliput perang tersebut merupakan insiden terburuk sejak berkecamuknya perang dingin di negara tersebut.
Gencatan senjata sekitar 50 hari di jalur Gaza pada musim panas tahun ini, menewaskan setidaknya 4 wartawan dan dua kru media, termasuk fotografer Associated Press, Simone Camili dan seorang penerjemah, Ali Shehda Abu Afash. Irak sebagai lokasi yang menewaskan 5 wartawan sepanjang 2015 dengan tipe diantaranya tewas ketika meliput perlawanan menghadapi ISIS.
Berdasarkan catatan CPJ menyebutkan, ada pula wartawan yang tewas lantaran meliput endemi ebola di kawasan barat Afrika. Sejauh ini CPJ masih menyelidiki tewasnya 18 wartawan sepanjang 2014 sembari menegaskan mereka tak menyertakan data wartawan yang tewas akibat menderita sakit maupun kecelakaan pesawat. Terkecuali insiden berdarah tersebut terjadi lantaran serangan yang di sengaja.
Profesi wartawan memang sangat beresiko tinggi dan rentan akan keselamatan jiwanya. Tercatat ratusan wartawan meregang nyawa setiap tahunnya. Ada yang tewas lantaran terkena peluru nyasar. Namun, ada pula yang tewas tertembak karena faktor di sengaja saat wartawan tengah meliput perang yang tengah berkecamuk. **