Pandeglang, Harianexpose.com.-
Kendati tidak mendapatkan program bantuan untuk pelaku usaha mikro (BPUM) dari Presiden Joko Widodo, seorang pengrajin kerupuk *dangdeur* di Kabupaten Pandeglang, Banten, masih bersyukur usahanya tetap berjalan kendati dengan cara “merangkak”.
Dia adalah seorang ibu beranak dua, yang akrab dipanggil dengan nama Ibu Nurmiah, seorang isteri dari suami bernama Herman, pekerja buruh bangunan.
Warga Kampung Srimulya, Desa Mekarsari, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, itu, mengaku belum pernah menerima program bantuan apa pun dari pemerintah kendati kondisi status sosialnya masih terbilang keluarga pra sejahtera.
“Orang-orang pada ramai dapat bantuan dan uang cair Rp.2,4 juta, tapi kami disini yang juga mengajukan buktinya tak dapat bantuan sama sekali”, kata ibu Nurmiah dan tetangganya yang ikut membantu membuat kerupuk dangdeur.
“Kami disini tidak dapat bantuan Sembako, PKH, BST, BLT dan entah apa lagi itu namanya, seperti orang-orang. Mereka setiap bulan menerima bantuan dari pemerintah pusat maupun daerah”, kata sejumlah ibu-ibu tersebut.
Bagi ibu Nurmiah, yang sudah setahun berjalan membuat kerupuk dangdeur, nampak tetap sabar dan tegar menggeluti usahanya meski harus “merangkak” demi membantu suaminya yang kadang ada pekerjaan, tapi kadang pula nganggur. “Yang penting, kami sekeluarga bisa makan sehari-hari”, tutur Nurmiah kepada Harianexpose.com, Rabu (11/11), di kediamannya.
Kerupuk dangdeur yang dibuatnya itu seratus persen terbuat dari bahan dasar umbi kayu atau singkong. Prosesnya, singkong di parut terlebih dulu lalu dicampur dengan aci atau tepung tapioka, lalu diberi bumbu penyedap rasa dan dibungkus pakai daun pisang. Kemudian di kukus. Setelah itu, baru didinginkan lalu di iris-iris menjadi kerupuk terus dijemur hingga kering.
Kerupuk dangdeur buatan ibu Nurmiah itu rasanya sedap dan renyah. Namun, hingga kini belum banyak di produksi lantaran terbentur faktor modal. Padahal, usaha ini sangat bisa dikembangkan dan tidak sulit untuk memasarkannya, bila di dukung dengan modal yang memadai.
“Alhamdulillah, selama ini kerupuk dangdeur laku dan habis terjual, kendati pembelinya baru sekampung. Tapi kadang ada pesanan dari luar desa”, tutur Nurmiah seraya menambahkan, “lumayan lah pak, buat makan sehari-hari”.
Laporan : Budiana.