Oleh : HAIRUZAMAN.
(Editor In Chief Harianexpose.com)
Tragedi tewasnya ratusan suporter sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pasca Arema VC menderita kekalahan 2 – 3 atas Persebaya Surabaya, merupakan sejarah kelam dunia sepak bola di tanah air. Pasalnya, selain peristiwa tragis itu menelan korban tewas dengan jumlah yang begitu banyak, juga berdampak buruk bagi citra dunia sepak bola tanah air di mata internasional.
Peristiwa tragis yang mencederai olah raga yang sangat digandrungi oleh masyarakat itu berawal dari kekalahan yang diderita oleh Arema VC dikandangnya dengan skor 2 – 3 untuk Persebaya. Usai wasit meniup pluit panjangnya, sontak suporter pun turun ke lapangan untuk melampiaskan kekesalannya.
Tumpah-ruah suporter ke lapangan pun membuat panik para pemain. Tak pelak, sehingga polisi pun mengambil tindakan tegas dengan menyemprotkan gas air mata kepada para suporter tersebut. Namun, bukannya reda melainkan tindakan suporter semakin beringas. Polisi pun tak mampu menghalau lantaran jumlah suporter yang begitu banyak. Hingga kerusuhan itu pun pecah dan merenggut korban tewas mencapai ratusan orang.
Polisi pun kemudian mengevakuasi korban tewas akibat sesak napas. Sebagian lagi harus mendapatkan perawatan yang intensif dari Tim Medis. Tercatat sebanyak 133 orang tewas secara mengenaskan. Sementara yang lainnya mengalami cedera dan mengalami sesak napas lantaran berdesak-desakan.
Jumlah korban tewas pun terus bertambah akibat nyawanya tak bisa diselamatkan. Tampak ratusan mayat suporter sepak bola berjejer dan bergeletakan usai laga sepak bola Arema VC Vs Persebaya. Tak ayal, tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang pun menjadi perhatian publik.
Hiruk-pikuk dunia sepak bola memang acap kali mengundang kerusuhan hingga menelan korban jiwa. Termasuk peristiwa kelam dalam dunia sepak bola di tanah air yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, pada Sabtu (1/10/2022). Tentu saja, peristiwa tewasnya ratusan suporter sepak bola itu bakal berbuntut panjang. Pasalnya, jumlah korban tewas ratusan orang itu menjadi titik klimaks dunia sepak bola di tanah air.
Pemerintah maupun PSSI harus segera melakukan evaluasi secara komprehensif sepak bola di tanah air. Sehingga ke depan peristiwa tragis yang merenggut ratusan korban jiwa itu tidak terulang kembali. Fanatisme suporter sepak bola yang berlebihan, ternyata membawa petaka dan berdampak buruk. Kita pun berharap agar peristiwa mengenaskan itu yang terakhir kali terjadi di tanah air. Sebab, pada ghalibnya sepak bola itu untuk mencari atlet-atlet yang berprestasi dengan selalu menjunjung tinggi sportifitas dalam setiap laga sepak bola. Baik itu di level nasional maupun internasional.
Kita pun turut berduka atas tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, yang di alami oleh ratusan suporter sepak bola tersebut. Semiga tak ada lagi korban berjatuhan dalam setiap laga sepak bola di tanah air. Karena itu, faktor keamanan harus lebih diperketat lagi agar peristiwa tragis itu tidak terulang kembali. *”