Mirip Paparazzi di Inggris, Kades di Serang “Digeruduk” Puluhan Oknum Wartawan

Oleh : HAIRUZAMAN.

(Penulis Buku dan Praktisi Pers).

Salah seorang Kepala Desa (Kades) di wilayah Kecamatan Petir, Kabupaten Serang, Banten, mengeluh. Pasalnya, belum lama ini ia kedatangan tamu tak diundang. Puluhan oknum yang mengaku wartawan tersebut sempat menyambangi kediamannya ketika ia tengah tak ada di rumah.

Celakanya, kendati puluhan wartawan itu tak bisa bertemu dengan Kades karena sedang ada urusan di luar, namun mereka seolah tak percaya. Pasalnya, salah seorang dari oknum mengaku wartawan itu sempat menerobos masuk ke dapur rumah sang Kades. “Kalau ada, jangan bilang gak ada di rumah bu Kades,” kata wartawan tersebut kepada istri sang Kades.

Sang istri pun akhirnya menceritakan kejadian itu kepada suaminya. Ada puluhan oknum mengaku wartawan yang datang dan salah seorang dari mereka sempat masuk ke dapur rumah seolah tak percaya bahwa suaminya tengah tidak berada di rumah.

Tentu saja peristiwa tersebut membuat kesal sang Kades. Selain didatangi oknum wartawan yang bergerombol sekitar 15 orang, salah seorang dari mereka juga bersikap kurang sopan dengan masuk ke dapur rumah sang Kades. Kejadian itu pun membuat sang Kades merasa kesal sekaligus geram. Sebab, baginya baru kali ini selama menjabat sebagai Kades digeruduk oleh puluhan oknum mengaku wartawan yang tujuannya tidak jelas . Karena tak ada pula acara press conference.

Mendengar kejadian seorang Kades digeruduk oleh puluhan oknum mengaku wartawan, saya jadi teringat kasus Putri Diana yang tewas secara mengenaskan akibat diburu oleh puluhan Paparazzi dan mobilnya sempat menabrak dinding terowongan Pont di I’Alma Paris, Prancis, pada 31 Agustus 1997 silam.

Insiden tewasnya Putri Inggris itu sontak membuat publik terkejut. Selain supir Putri Diana saat itu dalam kondisi mabuk akibat pengaruh alkohol, namun Paparazzi juga dituding sebagai pemicu tewasmya ibu Pangeran Harry dan William tersebut. Sejak insiden tersebut, istilah Paparazzi (Penulis Freelance) itu pun sontak menjadi terkenal bukan hanya di Inggris. Akan tetapi juga di negara-negara lainnya, termasuk Indonesia.

Di Inggris, Paparazzi bukanlah berprofesi sebagai wartawan. Karena Paparazzi tidak terikat kerja dengan penerbitan media massa manapun. Paparazzi bekerja secara Freelance dan bisa melakukan negosiasi dengan penerbitan manapun ketika mempunyai berita yang bisa menaikkan tiras/oplah surat kabar. Dalam memburu berita, Paparazzi di Inggris selalu bergerombol dengan menggunakan sepeda motor gede (Moge) yang harganya lumayan selangit.

Pers di Inggris menganut sistem pers yang liberal dan tidak ada intervensi apapun dari pemerintah/kerajaan. Hal itu berbeda dengan di Indonesia yakni Pers Pancasila yang bebas dan bertanggungjawab. Wartawan Indonesia dalam menjalankan tugas jurnalistik terikat oleh KEJ yang harus dipatuhi. Sehingga wartawan itu harus punya etika dan norma-norma kesusilaan dalam menjalankan tugas profesinya.  *”

 

PT. KORAN SINAR PAGI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top