Bedanya, kali ini keluarganya berada di bawah hujan rudal. Beruntung, keluarganya tak ikut menjadi korban kebrutalan Zionis. “Alhamdulillah, mereka baik-baik saja,” kata Samar .
Tetapi mengingat perang hingga kini masih berlangsung, bukan tidak mungkin sesuatu yang buruk bisa terjadi.
Ketakutan inilah yang selalu membayangi hari-hari Samar. Perang bagi Samar sebenarnya merupakan hal yang biasa.
Di usianya saat ini, setidaknya sudah tiga kali Samar merasakan bagaimana hidup di zona perang. Tetapi baru kali ini ia jauh dari keluarga.
Karena itu, hampir setiap saat Samar menanyakan kabar kepada keluarga dan teman-temannya di Palestina.
Dalam kondisi seperti ini, Samar merasa lebih baik bersama keluarganya di Gaza dari pada di Aceh.
“Di saat-saat seperti ini, lebih baik kalau saya bersama keluarga, bersama dengan mereka,” tutur Samar.
“Perang ini saya jauh dari mereka, ada selisih waktu 4 jam antara Indonesia dan Gaza. Ini sulit bagi saya,” tuturnya
“Terkadang ibu dan ayah saya tidak bisa lama-lama terhubung dengan internet,” terangnya
“Saya tidak punya solusi selain bertanya kepada teman-teman saya atau membaca berita yang ada,” ujarnya.
Samar mengaku akan lebih memilih berada di Gaza dari pada hidup nyaman di Aceh, akan tetapi jauh dari keluarga.
“Saya tidak peduli apakah itu aman atau tidak. Tetapi yang penting bagi saya adalah saya berada di samping keluarga saya,” tambahnya.
Tetapi untuk pulang ke Palestina itu sesuatu hal yang tak mungkin. Mengingat besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pulang dan pergi.
Ia juga tak ingin menambah beban bagi ayah dan ibunya di masa-masa sulit ini.
Samar hanya berharap perang di Gaza bisa segera berakhir. Sehingga rakyat Gaza bisa menikmati kehidupan yang aman dan damai.
“Saya berharap keluarga dan teman-teman saya di sana selalu dalam keadaan sehat,” imbuhnya.
Sempat Diblokir
Samar juga mengungkapkan, adanya upaya dari Zionis Israel menutup-nutupi apa yang terjadi di Gaza.
“Israel memblokir siapa saja yang menunjukkan kebenaran atau apa yang mereka lakukan di Gaza,” urainya.
“Misalnya, saya biasa menerbitkan berita tentang apa yang mereka lakukan di Gaza, tetapi akun Instagram saya diblokir,” ungkapnya.
Ia pun memperlihatkan beberapa gambar yang dipostingnya terkait kondisi di Gaza.
“Israel mengebom rumah-rumah yang wanita, orang tua dan anak-anak berada di dalamnya,” kilahnya.
“Pemboman terhadap gedung tempat tinggal. Ada gedung yang ditinggali lebih dari 50 keluarga di dalamnya,” tambah Samar.
Mengingat parahnya dampak yang ditimbulkan, serta banyaknya korban jiwa, masyarakat Gaza dikatakannya sangat membutuhkan uluran bantuan.
Bantuan yang mendesak terutama bantuan dari sisi medis dan kesehatan.
“Sekarang saya pikir mereka membutuhkan lebih banyak perawatan atau bantuan dari sisi kesehatan,” timpal Samar. (Red).